Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Ruang Sastra · 26 Jun 2016

Saat Terakhir….


Saat Terakhir…. Perbesar

Oleh: Khoiriya, S.Pd.

(Kabarpas.com) – SAAT terakhir mungkin itulah kata-kata yang pas untuk mengambarkan tentang kesedihanku, ketika aku harus berpisah dengan kakakku, yang harus pergi meninggalkanku dengan cepat untuk selamanya.

Ya, ketika itu keluargaku diselimuti awan hitam, peristiwa di mana akan aku kenang seumur hidup. Malam itu jarum jam tepat berada di angka 12, tiba-tiba telepon rumah berbunyi, dan bapak yang mengangkat telepon tersebut.

“Hallo…. Iya benar, truss pak. Innalilahi wainalaihirojiun,” kata bapak dengan nada terkejut saat menerima telepon sambil menitikkan air mata.

“Aku tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh bapak dengan suara di dalam telepon itu dari siapa?” pikirku dalam hati. Aku dan ibu sama-sama bingung.

“Itu tadi telepon dari Jakarta, katanya Adrian meninggal terkena Tsunami di Aceh,” kata
bapak sambil menahan tangisnya. Jeritan itu, ya jeritan seorang ibu yang melihat peti jenazah anaknya

“Anakku, tidak!”

Saat itu ibuku menjerit dengan sangat keras, ketika peti jenazah kakakku memasuki ruang tamu yang digotong oleh para pelayat laki-laki. Ibuku berada didekapan para pelayat perempuan. Sambil dipeluk mereka ibuku menangis tiada henti.
Bajunya yang kusut dan basah karena air matanya yang sangat deras mengalir. Bapak yang kulihat tegar seperti biasanya tiba-tiba menitikkan air mata. Bahkan, sangat deras membasahi wajah bapak yang sudah menua. Para saudara sanak keluarga semuanya menangis bersama.

“Ya, Allah.” dalam hatiku.

Aku juga bahkan sangat bersedih. Rasanya aku tidak percaya akan hal ini. Peti jenazah kakakku berada di depan mata kami. Ini bukan mimpi tetapi suatu kenyataan hidup yang harus dilewati. Betapa aku sangat rindu kakaku karena 2 tahun ini aku tidak bertemu sama sekali dengan kakak. Tiba-tiba pulang dalam keadaan meninggal dunia. Aku sangat sedih dan tidak percaya akan hal ini.

“Kenapa kakak pergi begitu cepat di usia yang sangat muda, padahal kakak adalah kebanggaan
bapak dan ibu?” dalam isak tangisku. Foto kakak terpampang jelas berada di atas peti jenazah.

“Kakakku tampan sekali dalam foto itu, begitu gagah memakai seragam Brimob,” pikirku dalam hati.

Sejak kecil kakak selalu mengganggu aku. Selalu usil dan jail. Tapi, saat aku SD dan SMP, aku sering diantarnya. Kini beranjak SMA aku ingin diantar kakak dan memperkanalkannya pada teman-temanku. Namun, kini semuanya hanya menjadi sebuah harapan yang kosong.

Kakak kini telah tenang berada disisi Tuhan. Kini aku ingin membanggakan orang tua sama seperti cita-cita kakak yang menjadi harapan terbesar orang tua.

“Bu, ini makannya, ibu makan dulu ya biar tidak sakit? Sini aku suapin” sambil ku mengambil sesendok nasi dan sedikit lauk pauk kesukaan ibu.

“Taruh saja di atas meja, ibu tidak nafsu makan,” kata ibu dengan wajah yang masih sedih dan sendu, mata yang mulai menua itu, rasanya aku tidak kuat melihat ibu seperti itu. Seharusnya di usianya yang sudah mulai menua ibu seharusnya dalam keadaan yang sangat gembira, apalagi bapak yang mulai sakit-sakitan karena penyakit syaraf yang menyerang kaki beliau beberapa tahun ini.

Aku semakin tidak tega, tidak kuat rasanya, dadaku begitu sesak. Kulangkah kakiku keluar menuju kamar. Aku menangis sejadi-jadinya.

“Aku harus kuat, demi orang tuaku!”

____________________________________________
*Setiap Minggu Kabarpas.com memuat rubrik khusus “Ruang Sastra”. Bagi Anda yang memiliki karya sastra, baik berupa cerita bersambung (cerbung), cerpen maupun puisi. Bisa dikirim langsung ke email kami: redaksikabarpas@gmail.com. Untuk setiap karya yang dimuat dalam rubrik “Ruang Sastra” akan mendapatkan merchandise menarik dari Kabarpas.com.

Artikel ini telah dibaca 31 kali

Baca Lainnya

Sang Pemenang

8 Desember 2024 - 19:55

Pasrah Menanti

28 Januari 2024 - 22:38

Senyummu

21 Mei 2023 - 20:34

Kekasih…

20 Maret 2022 - 23:56

Syahdunya Malam Tahun Baru

2 Januari 2022 - 01:27

Membersamaimu dengan Ikhlas Part-2

19 Desember 2021 - 21:53

Trending di Ruang Sastra