Pasuruan (Kabarpas.com) – Para ulama menyerukan agar mewaspadai bangkitnya Partai Komunis Indonesia (PKI). Pasalnya, mereka telah mengindikasi adanya sejumlah faktor, kalau saat ini PKI mencoba untuk bangkit kembali di Tanah Air Indonesia.
“Bangkitnya neo komunisme itu memang benar adanya. Karena saat ini pusat dari neo komunisme itu berada di Belanda,” kata KH. Hasyim Muzadi saat menjadi narasumber dalam acara Sarasehan dan Penguatan Aswaja Serta Waspada PKI, di gedung Gradika Kota Pasuruan. Kamis, (07/01/2016).
Menurut ulama yang saat ini menjadi Dewan Pertimbangan Presiden itu mengatakan, kalau eks PKI yang di Belanda hidupnya jauh lebih mapan ketimbang di Indonesia. “Di sana (Belanda.red) tidak kurang dari 400 orang intelektual yang berhaluan komunisme. Mereka itulah yang membimbing kader-kader muda dari Indonesia yang berhaluan komunisme,” imbuhnya.
Selain itu, pendiri sekaligus pengasuh Pesantren Al-Hikam Malang dan Jakarta ini juga mengingatkan kepada keluarga eks PKI, khususnya yang saat ini menduduki pos-pos penting di Indonesia agar tidak menuntut lebih kepada negara.
“Nikmatilah yang sudah ada, tapi jangan meminta lebih. Bergaulah yang baik dengan masyarakat. Dan jangan mengulang tragedi masa lalu,” ujar ulama yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Penggurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut.
Dalam kesempatan yang sama, Imam Besar FPI, Habib Rizieq Shihab yang juga menjadi narasumber dalam acara tersebut menyampaikan, adanya indikasi mengenai bangkitnya kembali eks PKI di Indonesia.
“Ada berbagai tanda akan bangkitnya PKI. Pertama, pasca reformasi 1998 telah melahirkan tuntutan kuat adanya pencabutan TAP MPRS No 25 Tahun 1996 tentang pelarangan paham komunisme di Indonesia. Nah, kalau ini dicabut, maka tentu PKI punya peluang untuk bangkit kembali,” kata Habib Rizieq dihadapan ratusan tamu yang hadir dalam acara tersebut.
Sedangkan untuk indikasi yang kedua, menurut Habib Rizieq sebelum tahun 1998, para siswa dikenalkan tentang pengkhianatan G 30 S PKI, yang diajarkan di tiap sekolah. Yakni, mulai SD hingga perguruan tinggi. Sehingga anak didik mengetahui tentang sejarah pemberontakan PKI di Indonesia.
“Namun, setelah tahun 1998 kurikulum itu dihapuskan. Sehingga siswa saat ini banyak yang tidak mengetahui apa itu PKI. Sedangkan indikasi yang lainya yaitu bila dulu setiap tahun sekali masyarakat disuguhkan dengan film dokumenter soal kebiadaban dan pemberontakan PKI di Indonesia. Namun, saat ini film tersebut sudah tidak lagi ditayangkan,” pungkasnya. (ajo/abu).