Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Dunia Islam · 11 Sep 2016

Inilah Tradisi Unik Jelang Hari Raya Idul Adha di Berbagai Daerah


Inilah Tradisi Unik Jelang Hari Raya Idul Adha di Berbagai Daerah Perbesar

Oleh: Toni Pransiska

(Kabarpas.com) – Menjelang hari raya Idul Adha, beragam tradisi unik digelar di berbagai daerah di Indonesia. Mau tahu, apa saja tradisi unik yang digelar masyarakat saat menjelang hari raya Idul Adha di Indonesia? Yuk simak 5 tradisi unik jelang Idul Adha khas Indonesia berikut ini:

1. Grebek Gunungan di Yogyakarta

Tradisi Grebeg Gunungan ini biasa digelar Keraton Yogyakarta setiap menjelang Idul Adha. Ritual tersebut sudah menjadi tradisi tahunan bagi kraton. Dengan dikawal prajurit dan dua ekor kuda, tiga buah gunungan grebeg diarak terlebih dahulu dari kraton melewati alun-alun utara menuju masjid.

Setelah dibacakan doa, tiga buah gunungan yang terdiri dari 1 gunungan lanang dan 2 gunungan putri tersebut diperebutkan oleh warga yang hadir. Konon katanya gunungan yang nantinya akan diperebutkan bisa mendatangkan berkah bagi siapa saja yang mendapatkannya.

2. Tradisi Mepe Kasur di Banyuwangi

Lain lubuk, lain ikannya. Begitulah pribahasa yang sangat menggambarkan keberagaman tradisi di republik ini. Lain tradisi di Yogya, lain pula tradisi dan proses saat Idul Adha di Banyuwangi, Jawa Timur.

Warga di sana, juga memiliki tradisi unik jelang Idul Adha, yakni tradisi Mepe Kasur (menjemur kasur). Tradisi ini digelar untuk menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Tarian gandrung mengawali rangkaian tradisi jemur kasur yang setiap tahun digelar warga Desa Adat Using, Kemiren. setiap mendekati Idul Adha pada bulan Dzulhijjah warga setempat menggelar tradisi menjemur kasur secara masal.

Pada saat tertentu, ibu-ibu akan memukul-mukul kasur dengan rotan untuk menghilangkan debu yang melekat. Setiap 1 jam sekali, kasur digebuk bersama-sama sehingga menimbulkan irama yang dipercaya bisa menolak datangnya wabah penyakit santet. Berbeda pada umumnya, kasur warga Using Kemiren ini seluruhnya berwarna hitam dan merah atau biasa disebut kasur gembil.

Bagi warga setempat, kasur gembil mempunyai makna tersendiri, yaitu warna hitam melambangkan langgeng dan merah berarti berani. Tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun ini selain untuk membersihkan kasur setelah selama setahun terakhir dipakai, juga untuk menghormati datangnya bulan haji.

3. Tradisi Apitan di Semarang

Menjelang Idul Adha, warga Kelurahan Sampangan, Kota Semarang, Jawa Tengah memiliki tradisi unik, yakni sedekah bumi Apitan dengan mengarak tumpeng dan hasil bumi di jalan raya. Tradisi ini berlangsung turun temurun sampai sekarang. Tujuannya merupakan wujud ungkapan syukur kepada sang pencipta, Allah AWT atas limpahan rizki kepada warga.

Bentuk syukur itu disimbolkan dengan arak-arakan hasil bumi disusun bertumpuk, misalnya; padi, cabe, terong, jagung, tomat dan lainnya. Arak arakan ini berujung di kantor kelurahan setempat. Di tempat ini prosesi tradisi Apitan selesai ditandai dengan pembacaan doa bagi keselamatan warga.

Di akhir acara, warga berebut gunungan hasil bumi yangbaru saja selesai diarak. Warga percaya mendapatkan beraneka jenis hasil bumi yang baru saja diarak akan mendatangkan berkah.

4. Mantenan Sapi di Pasuruan

Di Pasuruan, Jawa Timur, juga ada tradisi yang tidak kalah unik. Tradisi yang sudah turun temurun digelar saban menjelang Idul Adha ini, biasa dilakukan warga di wilayah Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan. Warga menyebutnya “mantenan sapi” atau pengantin sapi. Istilah “manten” biasa ditujukan kepada seorang yang akan menikah.

Uniknya, setiap kali menyambut Idul Adha warga Pasuruan mendandani sapi-sapi yang dipasangkan kalung dengan rangkaian bunga tujuh rupa dan kain putih layaknya pengantin. Setelah prosesi menghias, barulah sapi-sapi ini diarak lalu diserahkan kepada panitia qurban. Ibu-ibu juga berpartisipasi menyemarakkan “mantenan sapi” dengan membawa peralatan rumah tangga dan bumbu untuk persiapan acara penyembelihan.

5. Tradisi Mudik Warga Madura

Di Madura, Jawa Timur, juga memiliki tradisi unik yaitu mudik atau pulang kampung menjelang Idul Adha. Idul Adha menjadi momen penting tersendiri oleh masyarakat Madura. Bagi warga Pulau Garam, tradisi mudik memang bukan saat Idul Fitri seperti warga di tempat lain, melainkan menjelang Idul Adha.

Tradisi mudik menjelang Idul Adha ini tampak di Pelabuhan Perak di Surabaya dan di Jembatan Suramadu. Warga berjubel antre menyeberang di pelabuhan dan jembatan terpanjang di Indonesia itu. Masyarakat Madura biasa “mudik” di hari raya qurban tersebut. Saking telah membudayanya tradisi ini hingga banyak yang mengatakan bahwa Idul Adha adalah hari rayanya orang Madura. (ddt/sym).

_______________________________________________________________________

  • Sumber: www.datdut.com (Kabarpas Group).
Artikel ini telah dibaca 22 kali

Baca Lainnya

Inilah Keutamaan Bulan Syawal Menurut KH Ishomuddin Ma’shum

12 Juni 2019 - 14:27

Alabama Gelar Solawat Masjid ke Masjid di Kabupaten Malang

25 November 2018 - 09:43

Berdakwah Melalui Desain

19 Mei 2018 - 09:30

Inginkan Capres Dari Kalangan Pesantren, Santri dan Mahasiswa Kabupaten Pasuruan Deklarasikan CIA

14 Februari 2018 - 21:02

Penceramah Tidak Kompeten Masuk TV? Gus Ali: Mereka Kuasai Jaringan

5 Desember 2017 - 23:17

Semanggi Fair, Semangat Generasi Islam Peduli Budaya dan Kreatif

20 November 2017 - 14:09

Trending di Dunia Islam