Oleh: Fajar Dwi Putra
Kuda perang yang berlari kencang tak menyadari apapun
Satu jiwa tertinggal dibelakang
Dan kesepian ia kehilangan objek kata-katanya
Tapi demikianlah merpati terbang teringat sangkar yang terbakar
Tempat dulu dibangun sayap malaikat
Tempat dulu sebagai burung dihilangkan keburungannya
Sangkar itu, satu jiwa itu termangu
Satu jilid sudah tertabung kisah
Dimana kau berbisik dimalam sunyi
Telah terletak di lemari kayu
Dihadapan meja aku terpacu
Sekitarku berlagu
Goresan membara pena yang tak terangkat
Terus bergerak
Dan ruangan semakin bising oleh rebutan peran dalam coretan sejarah
Jiwaku tak tentu
Singit ia di langit
Satu rusuknya hilang tertinggal
Gadis dari malam itu berhenti berbicara
Jarak hapuskan tarian kata
Tapi tenang
Dari hati aku memanggilmu kembali
Bisik tentangmu tidak membatang
Tapi meranting dan diujung pucuk daun itu
Makna menghilang
Akhirnya…
Sebuah sampan kecil berlabuh di tepian laut biru
Dengan sehelai layar menerjang ombak menderu
Berbekal dayungan sebatang bambu
Kembali dari panjang perjalanan mencari tepian pasir kering berdebu
Akhirnya…
Sehelai layar bisa diperbaiki
Dayungan dapat berganti
Lubang kecil telah dipati
Dan tak akan lagi kubawa pergi
Biarlah di sini mengisi hari tanpa harus menangisi kesepian ini
Akhirnya…
Sehelai layar tak lagi putih tak berseni
Sebatang dayung tak lagi sendiri
Hari-hari tak lagi sepi dan sunyi
Dan tak akan kubiarkan berganti kembali
Biarlah berlanjut tak berhenti
Akhirnya…
Sampan kecil memiliki arti
Cukup sudah keindahan hari
Biarlah kujaga sampai nanti
Ketika tanah telah menyelimuti
____________________________________________
*Setiap Minggu Kabarpas.com akan memuat rubrik khusus “Ruang Sastra”. Bagi Anda yang memiliki karya sastra, baik berupa cerita bersambung (cerbung), cerpen maupun puisi. Bisa dikirim langsung ke email kami: redaksikabarpas@gmail.com. Untuk setiap karya yang dimuat dalam rubrik “Ruang Sastra” akan mendapatkan merchandise menarik dari Kabarpas.com.