Oleh : Haidar Hafeez
.
Amrad kulub terpasang memeperindah suasana dinding hati
Tak ada rencana untuk melepas
Apalagi membuang
.
Ghibah
Bangun tidur tayangan televisi
Mengudal semua aib artis, pejabat atau siapa saja
Warung-warung tidak lezat kopinya
Bila tidak ada jamiyah ghibah
Hingga bibir kram
Jiwa serasa karam bila tidak menggunjing
.
Tajassus
Busuk dalam dada beraroma kematian
Sedikitpun tak terendus hidung pengingkar
Wala tajassasu apalagi mengumpat ba’dokum an ba’ad
Menikam kawan lalu bangkai dibikin bancakan
Kebersamaan mereka kaum tajassus
.
Namimah
Devide et empera dalam jiwa
Tak senantiasa raib, walau Belanda telah lama pergi
Setan membangun hunian nyaman di kalbu
Bagaimanapun setan tak akan kabur apalagi mau diusir
.
Sum’ah
Mulut selebar telinga gajah
Bagai toa koar-koar kebisaan
Padahal semacam itu hal biasa
Ada dimana-mana dan lazim ada
Tong kosong nyaring bunyinya
.
Riya’
Mengintip celah batu
Otak para penjilat agar dikesan baik
Senonohkan tampilan seronok tidak-tanduk periya’
Air beriak tanda tak dalam
Tiada lain agar tak serupa penjahat
Dasar srigala berbulu domba
.
Takabbur
Bukan tadabbur
Melainkan merampok sifat tuhan
Hanya Tuhan yang pantas sombong
Selebihnya tidak berhak sombong
Tengok ketika awal Adam tercipta
Dengan sombong malikat Izazil metamorfosa menjadi iblis
Melahirkan ulat bulu setan yang selalu bikin gatal manusia
.
Gerhana mata hati
Senantiasa ada sepanjang waktu
Gerhana matahati
Halau dengan jihadun nafsi
_____________________________________________________
Penulis puisi ini adalah Presiden Rumah Sastra Pasuruan.