Kota Batu, Kabarpas.com – Dinas Pertanian Kota Batu menjelaskan jika dalam program pusat pihaknya hanya menjadi fasilitator. Penjelasan ini disampaikan usai adanya keluhan dari petani yang juga peneliti varietas kentang yang kecewa karena anggaran dana penelitian yang ia tanda tangani tidak ada kabar dan realisasinya.
Padahal dalam anggaran pusat penelitian tersebut menyebutkan ada anggaran sebesar Rp 1,2 miliar. Menurut Kadis Pertanian Kota Batu, Sugeng Pramono, saat itu pihaknya hanya sebagai fasilitator saja. Bahkan dari pengajuan, anggaran yang turun hanya Rp 570 juta kepada Gapoktan Sumber Jaya di Desa Sumber Brantas.
“Kami (Dispertan) tidak tahu menahu terkait anggaran soalnya kami hanya fasilitator. Perlu saya luruskan Rp 1,2 miliar itu usulan, namun yang disetujui Rp 570 juta. Anggaran itu berupa sarana dan prasarana (Saprodi) serta pengembangan keilmuan dan biaya perjalanan ke Batu. Saya pun baru tahu info ini ya sekarang,” tegas Sugeng saat menggelar pertemuan di rumah Ketua Gapoktan Sumber Jaya, Kamis (25/6/2020).
Sugeng mengaku mendapatkan informasi setelah ada pemberitaan di media dan memutuskan menghubungi orang BPPT. Hasilnya pihak BPPT menginformasikan kepastian anggaran yant turun hanya Rp 570 juta.
“Tadi saya telpon orang BPPT. Semua sudah mendengar. Proyek ini berlangsung sejak 2016-2018 untuk pengembangan pertanian kentang di Sumber Brantas,” terang dia.
Terkait Rp 10 juta yang diterima oleh peneliti, ia menerangkan jika semua itu untuk membiayai sewa lahan dan kebutuhan lainnya.
“Proyek itu menyisakan antara lain green house yang kondisinya tidak terawat saat ini. Pasalnya, pada akhir 2019 lalu diterpa angin yang kencang,” bebernya.
Sementara itu, peneliti sekaligus petani Rudy Mardiyanto mengaku kecewa karena hasil temuannya terhadap varietas kentang tidak dimanfaatkan dengan baik. Bahkan cenderung dimanfaatkan oleh pihak lain. Rudy mengatakan kesulitan mengembangkan temuannya di kampung halamannya sendiri.
“Saya bingung, merasa aneh, dalam pengembangan temuan sangat sulit di daerah saya atau Kota Batu. Akhirnya saya memutuskan mengkader para petani di Jawa Tengah untuk pengembangan,” keluh dia.
Belum lagi anggaran dana penelitian yang telah ia tandatangani tidak terealisasi dengan tepat. Pasalnya saat menekan tandatangan untuk penganggaran senilai Rp 1,2 miliar dari Kemenristek Dikti melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong. Belakangan diketahui bahwa itu adalah dana usulan, namun realisasinya yang cair senilai sekitar Rp 570 juta.
“Saya baru tahu yang penting hubungan dengan BPPT yang awal adalah nitip bibit. Saya berharap bibit yang saya titipkan itu bisa berjalan baik seperti program di sebuah universitas di Belanda,” kesalnya.
Jadi, tambah Rudy, awalnya dia menitipkan 10 varietas kentang temuannya di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Serpong. Kemudian turun anggaran untuk mengembangkan bibit milik Rudy yang dititipkan tersebut. Kalau tidak ada 10 jenis itu, anggaran tidak bisa dicairkan.
“Kalau anggaran turun ke gapoktan ya silahkan, tapi benihnya jangan dikeluarkan dulu karena belum matang. Kalau sudah matang, silahkan siapapun yang membawa. Nah kalau begini, bagaimana cara kerjasamanya. Saya pikir selisih semuanya. Padahal saya juga anggota Gapoktan. Terus sinkronnya di mana? Anggap saja saya sebagai tim risetnya gapoktan. Saya hanya berharap idealisme saya dihargai sebagai peneliti. Jangan diplilntir-plintir, ya bingung saya,” tambah Rudy.
Faktanya Rudy tidak banyak dilibatkan dalam Gapoktan. Padahal Rudy adalah orang yang menandatangani anggaran untuk mendukung pembibitan kentang di Sumber Brantas.
Lalu, Ketua Gapoktan Sumber Jaya, Joni menerangkan jika bantuan yang diterimanya salah satunya adalah bibit kentang. Joni juga mengaku baru mengetahui kalau anggaran yang disetujui Rp 570 juta. Bibit kentang tersebut dikelola dan dikembangkan di Desa Sumber Brantas oleh petani. Bantuan tersebut berbentuk bibit kentang. Sejak ada bibit itu, bibit kentang di Sumber Brantas tidak pernah impor lagi.
“Kalau terkait anggaran berbentuk sarana dan prasarana yang mendukung pembibitan kentang, jadi bantuan bukan pendanaan tapi berbentuk alat pendukung,” tutup Joni.(lih/wan).