Pasuruan, kabarpas.com – Destinasi wisata Gunung Bromo memiliki daya tarik sendiri bagi para penghobi bersepeda atau yang disebut goweser. Melihat potensi tersebut, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Pasuruan Raya bersama Wisata Hati Indonesia berupaya menciptakan paket destinasi wisata bagi para goweser.
Tak hanya bisa menikmati pemandangan alam dan tanjakan lereng Gunung Bromo, para goweser juga bisa belajar tentang sejarah Pasuruan dan budaya suku Tengger.
Salah satunya seperti yang diikuti oleh 26 goweser dari Komunitas Jotse. Mereka terlihat bersemangat mengayuh sepedanya menaiki jalan tanjakan Bromo sekaligus berbaur dengan para pemangku adat suku Tengger.
Sebelumnya, kelompok goweser asal Surakarta Raya ini juga mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Kota Pasuruan. Mulai dari Hotel Darussalam, Klenteng Tjoe Tik Kiong, Pabrik Bosto, Gedung Harmonie, dan gedung P3GI Kota Pasuruan.
Ketua HPI Pasuruan Raya, Aswin mengungkapkan bahwa pihaknya berusaha mengenalkan potensi wisata alam dan sejarah di Pasuruan yang ternyata mampu menarik minat para goweser.
“Kami melalui even ini mencoba mengangkat potensi, berharap apa yang jadi pesonanya Pasuruan bisa diketahui, salah satunya heritage dan tanjakan Bromo untuk bisa dijadikan tempat gowes,” ujarnya kepada Kabarpas.com.
Pria yang juga pendiri Wisata Hati Indonesia ini mengaku, paket wisata alam Bromo dan heritage Pasuruan ini mendapat animo yang positif dari para penghoby bersepeda.
“Outputnya tadi mereka sangat puas sekali. Sehunggayang jadi misi kami mengenalkan kekayaan Pasuruan bisa terlampaui,” imbuhnya.
Senada dengan Aswin, Wakil Ketua HPI Pasuruan Raya, Makhmud HS mengungkapkan bahwa pihaknya juga berupaya menghadirkan paket wisata yang berbeda dengan mengenalkan pula adat budaya masyarakat suku tengger kepada para wisatawan pecinta gowes.
Menurutnya, sejarah, kearifan lokal dan pariswisata bisa dikembangkan menjadi satu kesatuan berupa edukasi wisata sejarah.
“HPI pasuruan mengemas sisi heritage, menjual Bromo yang eksotik sekaligus kearifan lokal. Goweser kita kenalkan heritage, ketika masuk Bromo kita temukan dengan pemangku dukun adat, kita kasih baju ala tengger, udeng yang jadi warisan nenek moyang,” ungkapnya.
Makhmud berharap para stakeholder terutama Dinas Pariwisata baik di Kota maupun Kabupaten Pasuruan mampu melihat dan membangun potensi wisata gowes ini untuk kedepannya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Gowes Jotse, Anggoro Purwanto mengungkapkan rasa kagumnya terhadap kekayaan potensi wisata alam, budaya, hingga sejarah yang ada di Pasuruan.
“Bagi kami para goweser kalau mau mencari tanjakan salah satunya ya Bromo. Pokoknya istimewa, di sini selain wisata alam juga dapat edukasi sejarah dan budaya lokal di Pasuruan, ” pungkasnya. (emn/ida).