Probolinggo, Kabarpas.com – Saat ini Kabupaten Probolinggo mengalami surplus pangan khususnya beras, tetapi kemandirian pangan secara menyeluruh masih menjadi tantangan. Surplus pangan tidak sama dengan kemandirian pangan, terutama ketika masih ada ketergantungan pada impor komoditas seperti kedelai.
“Surplus pangan khusus untuk beras memang ada, tetapi untuk menyebut kita mandiri pangan, itu masih jauh. Contohnya, kedelai kita masih mengandalkan impor. Jadi, kita harus realistis bahwa kemandirian pangan ini masih perlu kita perjuangkan,” kata Plt Kepala Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Probolinggo Yahyadi.
Untuk mendukung upaya tersebut jelas Yahyadi, Dinas Pertanian (Diperta) bersinergi dengan Dinas Ketahanan Pangan meluncurkan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). “Program ini bertujuan untuk mendorong keluarga agar dapat memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar,” jelasnya.
Menurut Yahyadi, program P2L mengajak masyarakat untuk aktif berpartisipasi, seperti memelihara ikan, menanam sayur atau memelihara ayam. “Kami telah melakukan berbagai edukasi agar masyarakat memahami pentingnya kemandirian pangan. Misalnya, mereka bisa mengambil ikan dari sungai terdekat, menanam sayur di pekarangan atau memelihara ayam untuk mendapatkan telur,” terangnya.
Salah satu contoh sukses dari inisiatif P2L dapat dilihat di Desa Banjarsari Kecamatan Sumberasih. Di sini, masyarakat telah mengimplementasikan program rumah maggot, yang berfokus pada pengelolaan limbah organik. Berkat program ini, sampah di lingkungan Desa Banjarsari telah diolah sehingga tidak lagi mencemari area tersebut, melainkan dimanfaatkan sebagai pakan bagi ayam.
“Di Desa Banjarsari Kecamatan Sumberasih, berkat rumah maggot, sampah tidak ada lagi. Semua telah diproses menjadi pakan ayam, yang membuat ayam-ayam di sana sehat dan produktif,” tegasnya.
Dengan berbagai program dan inisiatif tersebut, Yahyadi berharap dapat membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kemandirian pangan. “Melalui partisipasi aktif dari masyarakat, diharapkan kebutuhan pangan lokal dapat terpenuhi secara berkelanjutan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor,” pungkasnya. (len/ari).