Banyuwangi (Kabarpas.com) – Salah satu festival yang sangat dinantikan oleh warga Banyuwangi dan para wisatawan, yakni Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2016. Yang nantinya akan digelar, pada Sabtu (12/11/2016) mendatang.
Pelaksana Tugas (PLt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda mengatakan bahwa sebelumnya digelarnya event tersebut. Pihaknya terlebih dulu mengisinya dengan sesi presentasi dan kostum dari para peserta BEC.
Dalam presentasi yang digelar di depan Gelanggang Seni Budaya (Gesibu) Taman Blambangan Banyuwangi tersebut, tak kurang dari 159 model berunjuk aksi. “Ini penilaian terhadap kostum para talent. Pemenangnya akan diumumkan pada puncak pelaksanaan BEC,” imbuhnya.
Menurut lelaki yang akrab disapa Bram tersebut, dalam penilaian kali ini, selain kostum, peserta juga mempresentasikan cara mereka berjalan dan perform di catwalk, lengkap dengan koreografi yang mereka bawakan.
“Penilaiannya, dibagi menjadi dua kategori. Yakni, meliputi kostum Sritanjung, untuk peserta perempuan, dan kostum Patih Sidopekso untuk laki-laki,” terangnya kepada Kabarpas.com.
Menariknya, selain digelar penilaian kostum untuk para talent BEC, digelar pula lomba fotografi untuk para fotografer di Banyuwangi terkait BEC 2016.
Proses penilaian kostum yang berlangsung ini, akan berlanjut dengan gladi kotor yang dilaksanakan pada 9 dan 10 November mendatang. Rangkaian persiapannya akan diakhiri dengan gladi bersih pada 11 November. Dan para peserta dipastikan siap menampilkan performance terbaiknya pada Sabtu mendatang.
Bram mengatakan, para peserta akan dinilai kekurangannya. Barulah nantinya akan disempurnakan pada gladi kotor dan bersih. “Masih ada waktu lima hari untuk evaluasi. Sehingga bisa sempurna di hari pelaksanaan nanti,” kata Bram.
Tahun ini memasuki gelaran keenam BEC, dengan menghadirkan tema Sritanjung Sidopekso, yang merupakan legenda nama dari Kabupaten Banyuwangi. Pengambilan tema Sritanjung Sidopekso pada BEC tahun ini, karena itu adalah untuk memberikan informasi pada masyarakat, bagaimana sesungguhnya sejarah Banyuwangi.
“Selama ini kan masih legenda, sehingga banyak versi. Nanti saat opening BEC akan disuguhkan cerita bagaimana sesungguhnya asal usul nama Banyuwangi itu,” kata Bram.
Sehingga, tambahnya, acara ini tak hanya memberikan hiburan, tapi juga mengedukasi penonton tentang asal usul Banyuwangi sesungguhnya.
“Lewat BEC kami ingin memberikan edukasi sejarah, dan keterampilan mendesain baju adat lokal dengan taste modern. Desainer-desainer dari BEC ini asli Banyuwangi. Dari lokal kita angkat ke dunia,” ujar Bram.
Di BEC ini, penonton akan dibawa pada suasana etnik yang unik. Para model ini akan berjalan sepanjang empat kilometer. Mereka berjalan dengan diringi aransemen musik yang memadukan musik etnik dan modern yang dibawakan oleh 25 seniman Banyuwangi. Lagu-lagu daerah, yang di-mixed dengan lagu pop, dangdut, rock, dan orkestra dari dalam maupun luar negeri, akan mengiringi perjalanan para model Sritanjung dan Sidopekso.
Suara khas dan unik dari seniman kawakan asli Banyuwangi, Temuk Misti dan Supinah akan dipadukan dengan seniman-seniman muda Banyuwangi. Tembang-tembang yang akan mereka bawakan akan diiringi perpaduan alat-alat musik tradisional dengan alat musik modern.”Kami pastikan para seniman Banyuwangi yang sudah berpengalaman, ‘turun gunung’ di BEC nanti,” kata Sutripno, salah satu pengaransemen musik BEC 2016. (dik/tin).