Reporter : Andika Wijaya
Editor : Kholid Andika
_____________________________________________________
Sidoarjo (Kabarpas.com) – Upaya meningkatkan nilai tambah produk usaha kecil dan menengah (UKM), Lembaga litbang-Kementerian riset, teknologi dan pendidikan tinggi bekerjasama dengan Inna desain center menggelar workshop teknologi pengemasan dan merk produk UKM.
Kasi lembaga litbang, industri manufaktur agro kesehatan dan obat Kemenristek dikti, Irmawati mengatakan, kegiatan ini untuk memberikan pengetahuan kepada pemilik UKM yang berada di kabupaten Sidoarjo, agar mereka tahu bagaimana cara menjual produknya.
“Dengan pelatihan ini, paling tidak akan menambah pengetahuannya, dan mereka tahu bagaimana menjual produk yang dihasilkan, memberikan nama produk yang dihasilkan,” kata Irmawati kepada kabarpas.com di Premier Place hotel Sidoarjo, Jumat (03/11/2017).
Menurutnya, kegiatan semacam itu tematik, disesuaikan dengan permasalahan yang ada di masing-masing daerah. Karena setiap daerah, kebutuhan teknologinya berbeda-beda. “Misalkan di daerah pesisir, mereka mencari bagaimana pasca panen, perikanan dan lain-lain. Sementara kalau di Sidoarjo lebih kepada kemasan produk dan penjualannya,” ujarnya.
Kegiatan pengembangan pusat unggulan inovasi daerah melalui workshop teknologi pengemasan dan merk ini diharapkan dapat meningkatan nilai tambah produk UKM . Tak hanya itu, pemilik UKM pun juga mengerti tentang persyaratan merk dagang atau brand.
Seperti nama produk yang mengandung keaslian, mudah dibaca, diucapkan, diingat, menggugah selera (makanan dan minuman), cocok dengan sifat produknya, sederhana dan singkat, tidak mengandung konotasi buruk, bersifat universal, tidak sulit digambarkan serta mempunyai ciri tertentu/unik.
Sementara itu, Wakil Komisi VII, DPR RI H Syaikhul Islam Ali mengatakan, maraknya pasar berbasis digital, maka pemilik UKM perlu mendapatkan pelatihan. Ada dua fokus yang diberikan pada pelatihan itu yakni kemasan dan merk. Jika orang melihat kemasan produk bagus, maka yang bersangkutan pun pasti tertarik dan berminat untuk membelinya.
“Pertama dilihat dari kemasan dan penawaran yang menarik. Orang yang mau beli kan dilihat kemasannya seperti apa, kalau menarik banyak yang berminat. Contoh sambal pecel yang dibungkus plastik biasa dengan produk yang diritelkan, harganya pasti sudah berbeda,” kata pria yang akrab disapa Gus Syaikhul itu.
Untuk mengantisipasi produk yang asli dengan palsu, pserta pelatihan akan dibekali bagaimana cara membedakannya. Sehingga setelah mengikuti pelatihan ini mereka akan tahu kemasan asli atau palsu.
“Pesertanya sekitar 26 UKM di bidang makanan, minuman dan manufaktur. Masing-masing UKM mengirimkan perwakilan dua hingga tiga orang. Targetnya 40 peserta. Karena pelatihannya bukan sekadar pelatihan biasa, namun mereka dilatih dengan sungguh-sungguh selama dua hari tentang fungsi merek dan kemasan produk seperti apa,” pungkasnya. (and/lid).