Banyuwangi (Kabarpas.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi terus berupaya melestarikan budaya yang ada di wilayahnya. Kali ini, pihak Pemkab Banyuwangi telah menetapkan baju adat suku using sebagai pakaian dinas untuk para pegawai di lingkungan Pemkab setempat.
Pantauan Kabarpas.com, pakaian dinas dari suku using ini pun dibagi menjadi dua macam. Untuk para pegawai perempuan mengenakan kebaya hitam dipadu kain batik khas Banyuwangi. Sedangkan pegawai yang laki-laki mengenakan baju adat hitam-hitam berudeng (penutup kepala khas suku using Banywuangi-red).
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Banyuwangi, Slamet Kariyono menyampaikan, pihaknya telah memberlakukan pakaian adat itu sudah beberapa hari yang lalu. Hal itu didasarkan Peraturan Bupati (Perbup) Banyuwangi Nomor : 27 Tahun 2016, tentang Pakaian Dinas di Lingkungan Kabupaten Banyuwangi yang ditindaklanjuti dengan surat edaran (SE) Sekretaris Daerah Nomor 065/236/429.013/2016 tentang penggunaan pakaian adat Banyuwangi sebagai Pakaian Dinas Harian (PDH).
“Dalam SE itu menyebutkan pedoman pakaian adat baik untuk pria maupun wanita. Pakaian ini akan digunakan satu minggu sekali, dan dipakai setiap Kamis,” kata Slamet Kariyono kepada Kabarpas.com, Senin (10/10/2016).
Slamet menambahkan, pemakaian baju adat untuk pakaian dinas merupakan salah satu upaya untuk melestarikan budaya Banyuwangi.
“Pariwisata kita telah dikenal luas, yang menunjukkan bahwa tradisi dan budaya kita dikagumi oleh pihak luar. Maka kita pun harus bangga dan terus berupaya melestarikan tradisi kita, termasuk salah satunya dengan mengenakan pakaian adat di kalangan birokrasi,” ujarnya.
Selain menumbuhkan cinta budaya Banyuwangi, hal ini juga untuk menghidupkan kembali industri kecil menengah (IKM) bordir di Banyuwangi. Salah satu kriteria seragam untuk karyawati adalah kebaya bordir.
“Bayangkan, jika seluruh PNS yang jumlahnya sekitar 14 ribu akan menggunakan pakaian dinas bordir, sudah berapa pesanan bordir yang diterima IKM tersebut. Inilah maksud kami. Meski mengenakan kebaya kami berharap, tidak mengurangi besarnya pelayanan publik justru semakin semangat,” terangnya.
Seragam pakaian adat ini juga disambut antusias oleh seluruh karayawan karyawati. Mereka tak cangung ataupun ribet, senyumnya terus mengembang sambil memperlihatkan baju khas Banyuwangi kepada sesama rekannya. Bahkan, usai mengikuti apel pagi, mereka tak lantas masuk ruangan masing-masing. Namun, justru malah berlomba-lomba mengabadikan seragam barunya dengan wefie bareng.
“Asyik. Ayo foto sekali lagi dong bareng-bareng. Kalau di depan kolam sepertinya tambah bagus,” kata Nur Suciati, salah satu pegawai di Bagian Pemerintahan Pemkab Banyuwangi. (dik/sym).