Reporter : Kurnia
Editor : Memey Mega
__________________________________
Malang, (kabarpas.com) – Pernikahan bagi siapapun pastinya akan dijadikan sebuah momen terindah dan tak akan terlupakan. Bukan hanya kenangan, tapi akan menjadikan awal indah dari kehidupan pasangan suami istri kedepannya kelak.
Hal tersebut juga akan terjadi sebaliknya bila pasutri (pasangan suami istri) belum benar-benar siap dalam menjalani kehidupan kelak. Salahsatunya pernikahan usia dini dimana pernikahan ini kurang memahami hal mendasar kebutuhan ketika menikah.
“Menikah itu butuh kematangan fisik dan psikis. Secara fisik bisa saja orang merasa cukup matang. Tapi psikis memerlukan proses cukup lama untuk bisa dikatakan matang untuk sebuah pernikahan. Misalnya tentang komitmen, kesetiaan, perubahan kebiasaan dari yang suka bermain-bermain menjadi lebih tanggung jawab. Bagi wanita pun kesiapan menjadi ibu rumah tangga yang harus bisa mandiri dalam urusan rumah tangga. Termasuk juga kesiapan bagi pasutri untuk punya anak. Menyangkut tanggung jawab pola asuh anak , kesehatan, gizi dan nilai-nilai yang harus ditanamkan,” ujar Sayekti Pribadiningtyas, Dosen psikologi anak, Kamis (7/9).
Dalam pernikahan dini juga memiliki pengaruhnya, “Bagi pasutri yang belum mampu beralih dari dunia bersenang-senang dan bebas hal ini akan menjadi masalah. Pertengkaran, konflik tentang tanggung jawab, rasa kecewa, menyesal, merasa bersalah, dan keinginan untuk tetap bersikap seperti saat belum menikah. Bahkan bisa terjadi perceraian jika hal tersebut tidak bisa segera teratasi atas dasar kesadaran pribadi,” lanjut wanita yang akrab disapa Naning.
Bila ingin kejadian diatas tidak terjadi solusinya orangtua harus mengajarkan kemandirian dan tidak memberi fasilitas seperti waktu anak belum menikah.
“Untuk mendidik tanggung jawab bagi keduanya. Jika terdapat masalah yang berat maka harus mendatangi konselor pernikahan. Dan tentu saja jangan melupakan hal yang mendasar yaitu pendekatan agama terkait fungsi dan tujuan pernikahan,” tutup Nining.(kur/mey).