Malang, Kabarpas.com – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang menyelenggarakan pelatihan hoax busting and digital hygiene di Universitas Widyagama Malang.
Pelatihan diikuti sebanyak 14 jurnalis, terdiri atas jurnalis profesional dan pers mahasiswa.
“Era banjir informasi, hoaks berkelindan. Jurnalis bertanggungjawab menangkal bersama,” kata Ketua AJI Malang, Mohammad Zainudin.
Untuk itu, jurnalis harus berlatih dan meningkatkan keterampilan dalam menangkal kabar bohong alias hoaks. Pelatihan ini diharapkan jurnalis bisa mencegah dan menangkal hoaks yang bisa menimbulkan dampak kerusakan. Bahkan bisa memicu konflik dan kekerasan seperti yang terjadi di Tolikara, Papua. Sebanyak 33 orang tewas akibat konflik yang dipicu kabar bohong.
Pelatihan dipandu dua trainer Google News Initiative Network Dandy Gandakusumah dan Eko Widianto. Pelatihan memadukan antara presentasi, diskusi, pelatihan dan praktik menggunakan beragam tools. Serta berlatih kebersihan digital gawai yang digunakan aktivitas jurnalistik. Agar tidak mudah diretas dan menjadi sasaran kejahatan pihak lain.
Rektor Universitas Widyagama Malang, Agus Tugas Sudjianto menuturkan pelatihan ini penting untuk mencegah hoaks menyebar luas. Selain itu, menyebarkan kabar bohong juga ada konsekuensi hukum.
“Waspada, ada orang yang tidak tahu bisa dipenjara karena menyebarkan hoaks. Seharusnya dapat keringanan, karena tidak tahu,” ujarnya.
Pakar hukum pidana Universitas Widyagama Malang menjelaskan pada masa pandemi kejahatan siber meningkat empat kali lipat. Selain itu, dunia siber juga memicu ujaran kebencian, bisnis ilegal, penghasutan, perundungan siber dan kejahatan siber lain.
“Selama pandemi timbul informasi menyesatkan. Hoaks vaksin dan kesehatan melonjak,” ujarnya.
Sedangkan jurnalis harus berperan sebagai penangkal hoaks. Hindari pula risiko jeratan pidana. (lif/rit).