Jakarta, kabarpas.com – Upaya percepatan transformasi digital di sektor pendidikan terus menjadi agenda prioritas pemerintah. Sejalan dengan arah kebijakan tersebut, Acer Indonesia memperbarui lini Altos Interactive Flat Panel (IFP) Series sebagai perangkat pembelajaran berbasis teknologi yang ditujukan untuk sekolah dan institusi pendidikan. Senin, (29/12/2025).
Pembaruan ini mencakup desain yang lebih tipis, peningkatan fitur kolaborasi, serta kualitas visual beresolusi 4K. Acer mengklaim Altos IFP Series mampu mendukung pembelajaran interaktif, baik dalam skema tatap muka maupun jarak jauh. Namun, efektivitas teknologi semacam ini tetap bergantung pada kesiapan infrastruktur dan kompetensi tenaga pendidik di lapangan.
Di tengah sorotan terhadap penggunaan produk dalam negeri, Acer menegaskan bahwa Altos IFP Series telah memenuhi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 42 persen. Capaian ini dinilai relevan dengan kebijakan pemerintah yang mendorong penguatan industri nasional, khususnya dalam pengadaan teknologi pendidikan berbasis anggaran negara.
Product and Solutions Director Acer Indonesia, Riko Gunawan, menyebut transformasi digital pendidikan sebagai agenda strategis yang membutuhkan dukungan solusi teknologi yang tepat guna.
Menurutnya, pembaruan Altos IFP Series diharapkan mampu menjawab kebutuhan sekolah akan perangkat pembelajaran yang lebih interaktif, aman, dan berkelanjutan.
Dari sisi fitur, Altos IFP Series hadir dengan ukuran layar hingga 98 inci, mendukung sentuhan multi-pengguna, whiteboard digital, serta kolaborasi nirkabel melalui Eshare Pro Wireless Projection. Fitur-fitur ini membuka ruang pembelajaran dua arah, meski tantangan kesenjangan akses internet dan pemerataan teknologi antarwilayah masih menjadi pekerjaan rumah bersama.
Altos IFP Series juga dibekali sertifikasi TÜV Rheinland dan teknologi perlindungan mata untuk penggunaan jangka panjang. Kendati demikian, transformasi digital pendidikan tidak dapat disederhanakan hanya pada pengadaan perangkat. Tanpa integrasi kebijakan, pelatihan guru, dan evaluasi berkelanjutan, teknologi berisiko menjadi sekadar simbol modernisasi tanpa dampak signifikan bagi kualitas pembelajaran. (***).



















