Oleh : Abdur Rozaq, Jurnalis Kabarpas
(KABARPAS.COM) – ADA beragam cara untuk berdakwah, salah satunya seperti yang dilakukan oleh Ustadz Muhtar Husen (41) warga Manikrejo, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Pasuruan. Ya, Ustadz muda ini mendirikan sebuah jamiyyah dzikir yang terbilang unik, karena kebanyakan para jamaahnya adalah mantan para pelaku kejahatan.
Berdiri sejak tahun 1998, jamiyyah bentukan alumni pesantren Darul Ulum Karangpandan itu diberi nama jamiyyah Ahlid Dzikri was Shalawat. Sejak berdiri hingga kini, sudah ada ratusan anggota meski tidak semuanya aktif mengikuti kegiatan jamiyyah.
Yang unik dari jamiyyah ini, hampir delapan puluh persen anggotanya adalah mantan pelaku kejatahan seperti para begal, jambret atau pemakai narkoba.
“Kebanyakan jamiyyah adalah mantan pelaku kejahatan, terutama begal. Alhamdulillah, dengan berkah dzikir dan sholawat pelan-pelan berhenti bahkan ada yang sudah membuka usaha sendiri,” jelas ustadz muda itu kepada Kabarpas.com, Rabu (21/3/18) malam lalu.
Ustadz Muhtar menjelaskan, kebanyakan anggota jamiyyahnya memang berasal dari beberapa daerah yang diduga menjadi pusat daerah rawan begal seperti di wilayah Kecamatan Pasrepan, Grati dan Kejayan.
“Kebanyakan saudara-saudara saya memang berasal dari daerah rawan kejahatan. Tidak semua anggota jamiyyah berlatar belakang dari dunia hitam, tapi sebagain besar memang begitu,” ucapnya.
Uniknya lagi, ustadz muda yang kediamannya tak pernah sepi dari tamu itu tak pernah secara langsung memberikan bimbingan kepada para jamaahnya.
“Biasanya, saudara saya (jamaah) yang datang ke sini awalnya hanya minta jimat keselamatan. Setelah beberapa kali datang dan akrab, kami ajak untuk membaca sholawat. Sekali dua kali biasanya canggung, setelah beberapa kali datang, alhamdulillah akan ketagihan. Saat itulah, kami beri bimbingan saat ngobrol santai,” tukasnya.
Hingga kini, para anggota jamiyyah Ahlidz Dzikri was Shalawat sudah datang dari berbagai daerah di kota dan kabupaten Pasuruan. Meski kebanyakan berasal dari wilayah selatan seperti Pasrepan, Kejayan dan Winongan, dari wilayah timur seperti Grati juga ada.
Bahkan para jamaah juga berasal dari beberpa wilayah di kota Pasuruan seperti Blandongan, Jalan Jawa dan Tegal Bero.
MY, (37) salah satu anggota jamiyyah yang kini berdomisili di salah satu kelurahan Kota Pasuruan mengaku beruntung menjadi jamaah jamiyyah ini. Kepada Kabarpas.com ia mengaku.
“Dulu saya nakal, mas. Saya pernah terlibat dalam aksi pembegalan di Beji, tapi Alhamdulillah sekarang saya sudah berhenti. Malu sama Rasulullah kalau masih bekerja seperti itu,” ujar pria berperawakan tinggi besar itu seraya menerawang. (***/gus).