Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Sisi Lain · 27 Des 2016

Cerita Tukang Sayur di Banyuwangi yang Juga Jadi Laskar Pemburu Bumil Resiko Tinggi


Cerita Tukang Sayur di Banyuwangi yang Juga Jadi Laskar Pemburu Bumil Resiko Tinggi Perbesar

Oleh: Pendik, Banyuwangi

(Kabarpas.com) – PARA mlijo (tukang sayur-red) di Kecamatan Sempu, Banyuwangi. Kini tidak sekedar menjajakan sayur, namun juga menjadi agen kesehatan. Mereka menjadi laskar Bumil Resti, pemburu ibu hamil (Bumil) beresiko tinggi.

Kepala Puskesmas Sempu, Hadi Kusairi menjelaskan, saat ini terdapat 10 ibu pedagang sayur keliling (mlijo) tersebar di tiga desa yang menjadi pemburu bumil resti. Tugasnya adalah mencari, menemukan, dan melaporkan ibu hamil baru dengan resiko tinggi di wilayah mereka berjualan.

“Tim pemburu ini sengaja kami bentuk untuk mengoptimalkan pencarian Bumil Resti hingga ke pelosok kampung. Hal ini penting, karena banyak kasus tingginya kematian ibu dan bayi disebabkan oleh kehamilan yang beresiko. Dan mereka ini sangat membantu kerja pengawasan kami,” kata Hadi kepada Kabarpas.com, Selasa (27/12/2016).

Dijelaskan, ibu hamil yang berisiko tinggi ini adalah para ibu hamil yang berusia kurang dari 20 tahun dan di atas 35 tahun, jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dengan persalinan pertama operasi, memiliki riwayat hipertensi dan tinggi badannya kurang dari 150 cm.

Menurutnya, dipilihnya para mlijo sebagai agen pemburu, karena mereka dianggap memiliki jangkauan yang luas hingga ke desa-desa. Selain itu juga, imbuh Hadi, mereka ini bisa interaksi langsung dengan masyarakat.

“Mereka ini kan intens sekali komunikasinya dengan para ibu, sehingga lebih mudah masuk. Mereka sebelumnya juga telah kami bekali pengetahuan seputar kriteria ibu hamil dengan resiko tinggi, serta bagaimana pendekatan komunikasinya agar lebih luwes,” ujar Hadi kepada Kabarpas.com.

Untuk menjalankan tugas tersebut, setiap mlijo dibekali fasilitas dari Puskesmas berupa keranjang dagangan yang ditempeli banner bertuliskan 13 kriteria Bumil Resti. Mereka juga mendapatkan sepatu boot, rompi, pulsa dan smartphone untuk mengirim informasi saat menemukan ibu hamil beresiko.Sejak diluncurkan awal tahun 2016 lalu, para pemburu bumil resti ini berhasil mendapatkan 7 kasus Bumil Risti. “Dengan pendampingan intensif, ketujuh Bumil Resti ini berhasil melewati kehamilannya dengan selamat,” imbuh Hadi.

Cara kerja mereka, jelas Hari, jika mendapati ibu hamil beresiko langsung dipotret dan dikirim kepada petugas puskesmas yang disertai data alamat dan nama suami via grup WhatsApp. Begitu laporan masuk, bidan di wilayah bumil tersebut akan turun untuk memeriksa kondisinya. “Jika dari pemeriksaan bidan masuk kategori Bumil Resti, yang bersangkutan akan segera didampingi hingga lepas masa nifasnya,” imbuhnya.

Selanjutnya, para bumil ini mendapatkan pendampingan intensif dari bidan wilayah dan laskar sakina. Laskar sakina adalah relawan yang terdiri dari unsur guru, pemuka agama, dan kader Posyandu.

“Mereka juga dijadwalkan konsultasi rutin dengan dokter spesialis, dan bila perlu dirujuk melahirkan di rumah sakit,” terang Hadi kepada Kabarpas.com.

Salah satu mlijo, Siti Dalilah, mengatakan sangat beruntung terpilih sebagai agen pemburu Bumil Resti. Dia merasa hari-harinya lebih bermanfaat karena bisa membantu orang lain, meskipun awalnya sempat ragu untuk menjalankan tugasnya itu.

“Banyak manfaatnya menjadi pemburu Bumil Resti. Saya jadi tambah pengetahuan tentang kriteria kehamilan beresiko. Selain bisa ngasih tahu orang lain, juga bisa buat jaga-jaga diri sendiri,” seringai ibu yang biasa menjajakan sayurannya di Dusun Parastembok , Desa Jambewangi, Sempu tersebut.

Siti pun menceritakan pengalamannya selama menjadi agen pemburu Bumil Resti.

“Kadang gampang kadang susah, tergantung mood ibu hamilnya. Kadang ada yang marah pas kita mencoba mendekatinya, akhirnya malah gak jadi belanja. Ini biasanya kalau ibu itu usianya sudah banyak, mungkin malu kali ya? Jadi kita harus tahu kondisi orangnya juga, baru kita coba dekati,” tandasnya.

Begitu halnya dengan bu Ira, penjaja sayur di Dusun Sumberwadung, Sempu. Sejak menjadi pemburu, dia berhasil menemukan dua ibu hamil resiko tinggi karena jarak usia kehamilan pertama dan kedua terlalu jauh dan satunya terlalu dekat.

“Alhamdulilah, selama kehamilan dan persalinan mereka lancar,” kata Ira kepada Kabarpas.com.

Sekedar diketahui, di Kabupaten Banyuwangi sendiri pada tahun 2015, AKI mencapai 23 orang dan AKB 163 bayi. Di Kecamatan Sempu sendiri, pada 2013 AKI (7 ibu) AKB (18 anak), 2014 AKI (5 ibu) AKB, (11 anak), dan 2015 zero alias tidak ada kasus AKI dan AKB. (***/tin).

Artikel ini telah dibaca 23 kali

Baca Lainnya

Dari Hobi Masak, Hasilkan Cuan dengan Usaha Dimsum

11 Mei 2025 - 15:44

Arifma MC Resmi Menjadi Bagian dari Hipapi Indonesia

8 Desember 2024 - 21:34

Lebih Dekat dengan Adinda Denisa, Bendahara Umum HIPMI Kota Pasuruan yang Kini Jadi Pimpinan Dewan Termuda

6 Oktober 2024 - 11:48

Berkah Agustusan, Persewaan Kostum Karnaval di Pasuruan Banjir Pesanan

15 Agustus 2024 - 22:01

Cerita Naurah Elysia Ashifa Prastyo Terpilih Wakili Kabupaten Pasuruan di Ajang Duta SMP 2024

19 Juli 2024 - 19:26

Muhammad Rizky, Pemuda Asal Pasuruan Terpilih Wakili Jawa Timur di Ajang Duta Inspirasi Indonesia

16 Februari 2024 - 11:10

Trending di Kabar Terkini