Kraton (Kabarpas.com) – Untuk ketiga kalinya, ratusan warga Desa Gerongan, Kecamatan Kraton, Kabupaten Pasuruan, kembali menggelar tradisi Petik Laut. Berbagai menu makanan yang merupakan hasil bumi desa setempat, ditempatkan dalam perahu, untuk kemudian diperebutkan oleh warga, dan sebagian lagi dilepas ke tengah laut bebas, Minggu (09/11/2014).
Nur Hasyim (27), Kepala Desa Gerongan mengatakan, tujuan dari Petik Laut ini ialah untuk mensyukuri atas rahmat Tuhan yang dilimpahkan dalam bentuk hasil penangkapan ikan. Selain itu juga sebagai media permohonan agar memperoleh perlindungan dan dijauhkan dari segala bahaya dan mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih melimpah.
“Sudah menjadi tradisi kami bahwasanya petik laut ini akan membawa berkah dari Allah SWT atas kelangsungan mata pencaharian warga kami yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan,” ujar Hasyim kepada Kabarpas.com saat ditemui di lokasi.
Lebih lanjut Hasyim mengatakan, untuk mempersiapkan petik laut ini, baik mulai dari makanan sampai dengan menghias perahu, membutuhkan waktu sekitar seminggu. Sebab gelaran petik laut itu harus disesuaikan dengan kondisi pasang surut air laut. “Kebetulan pas hari Minggu dan air laut dalam keadaan pasang, makanya tepat sekali kegiatan petik laut ini kami laksanakan,” terangnya kepada Kabarpas.com.
Di lain pihak, pelaksanaan petik laut ini membuat warga sangat antusias lantaran mereka dapat refreshing dan mengisi waktu libur dengan berkeliling pantai, sembari mengajak keluarga dan para tetangganya.
Nur Rochman (42), salah satu warga setempat mengaku senang, lantaran dapat mengajak istri dan kedua anaknya ikut merayakan petik laut tersebut. “Senang sekali, karena semuanya bisa ikut naik perahu dan juga makan bersama di tengah laut,” ucapnya.
Sementara itu, Camat Kraton, Tectona Jati yang hadir dalam petik laut tersebut menambahkan, petik laut selalu dilaksanakan pada Bulan Muharram. Dan untuk tahun ini adalah tahun ketiga, di mana tidak ada perbedaan yang dirasakan, baik pelaksanaan maupun tata cara petik laut itu sendiri.
“Kami tidak membuang kepala sapi atau apapun itu. Yang penting kami tidak ingin menghilangkan unsur budaya dalam petik laut yang selalu dilakukan warga kami ini. Dan kami pastikan bahwa tradisi ini akan terus berlangsung sampai kapanpun,” pungkasnya. (iim/sym).