Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Ayo Piknik ยท 15 Mar 2019

Situs Sekaran Diduga Bangunan Suci Masa Pra Majapahit


Situs Sekaran Diduga Bangunan Suci Masa Pra Majapahit Perbesar

Reporter : Sam Demit

Editor : Memey Mega

 

Malang, Kabarpas com – Dalam penggalian tiga hari Tim Arkeologi Balai Cagar Budaya Jawa Timur sudah menemui titik terang mengenai situs Sekaran yang diduga tempat bangunan suci.

Menurut keterangan Ismail Lutfi, Ketua Tim Arkeologi Balai Cagar Budaya Jawa Timur menceritakan, orentasi itu tergantung dari kebutuhan dan bangunan suci itu tidak harus candi bisa juga pertirtaan.

“Tergantung orentasi kebutuhan sepanjang dianggap suci dan tidak harus sama,” ucap Lutfi pada kabarpas, Kamis (14/3).

Bangunan suci biasanya membutuhkan air secara langsung, makanya dibuat arung (saluran air) yang dekat sungai untuk mengairi tempat bangunan suci.

“Kalau dilihat Topografinya memang sulit, makanya dibuat terowongan yang menghubungkan air sungai ke sumur buatan agar kebutuhan air di bangunan suci terpenuhi,” jelasnya.

Arung merupakan teknologi terapan di masa itu untuk menyalurkan air bersih bagi kebutuhan sehari-hari. Arung ini semacam kanal bawah tanah untuk menangkap air dari sumber.

Lokasi membangun arung di dekat sumber air menjadi hal umum masyarakat saat itu. Kebiasaan mengejar punjering banyu atau mendekat ke sumber mata air saat mendirikan sebuah permukiman. Sedangkan untuk kepentingan irigasi persawahan, diambil dari sungai terdekat.

Pembangunan arung dilakukan oleh orang-orang dengan keahlian khusus. Di masa kuno, pekerja khusus itu disebut undagi pangarung. Teknologi yang mulai muncul masa Mpu Sindok abad 8 Masehi dan semakin berkembang di masa transisi Singasari ke Majapahit pada abad 12 Masehi.

Karena bangunan suci sangat membutuhkan air biasanya disebut tempat suci, asrama, mandala atau dewa guru. Di Polowijen tepat di perumahan Riverside juga ditemukan Arung yang terhubung dengan Kali Mewek.

“Kalau tempat ritual harus tersedia air setiap hari,” tutup Ismail Lutfi. (dem/mey)

Artikel ini telah dibaca 253 kali

Baca Lainnya

Mediasi Buntu, Serikat Pekerja SBMB Geram Disnaker Kicep Hadapi Perusahaan

25 Juni 2025 - 21:01

Visidata, UPN, dan V-TAX Bahas Peran Data Analytics dalam Kebijakan Perpajakan Daerah

25 Juni 2025 - 20:49

Lepas Keberangkatan Kontingen Porprov IX, Bupati Fawait Janjikan Bonus untuk Atlet

25 Juni 2025 - 18:18

Libatkan Pengawas, Dishub Jember Pastikan Tak Ada Pungli Parkir

25 Juni 2025 - 12:25

Sinergi Edukasi Keselamatan, MPM Honda Jatim Dukung Pemilihan Pelajar Pelopor Bersama Dishub Sidoarjo

25 Juni 2025 - 11:20

Bunda Ani Buka Pelatihan Packaging and Building Skills, Kemasan Produk Menarik Menjadi Nilai Jual

23 Juni 2025 - 14:52

Trending di Kabar Pasuruan