Tutur (kabarpas.com) – Ribuan warga di Desa Wonosari, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan, menggelar tradisi grebek memetri. Meski sempat mengalami vakum selama empat tahun. Namun, acara ini tetap berlangsung meriah.
Berdasarkan pantauan kabarpas.com., sejak pagi ribuan warga yang berasal dari tujuh dusun di wilayah setempat tersebut. Yakni, mulai dari Dusun Putuk, Karanganyar, Ngadipuro, Mesagi, Wonosari Tengah, Wonosari Barat dan Dusun Nongkojajar itu,sudah memedati tempat berlangsungnya acara grebek memetri yang berada di simpang empat Desa Wonosari.
Grebek Memetri Desa sendiri diikuti oleh 157 peserta. Acara yang dikemas dalam bentuk Pasar Rakyat berjalan itu, menampilkan beraneka ragam makanan, kesenian, sayur mayur, yang rata-rata merupakan produk unggulan desa setempat.
Selanjutnya, aneka ragam hasil alam dan budaya masyarakat Wonosari itu ditempatkan pada ancak berukuran raksasa, dan kemudian langsung diperebutkan untuk warga.
Selain itu, tampak sejumlah wisatawan asing dari Mancanegara datang menyaksikan kemeriahan tradisi masyarakat Tutur yang biasanya digelar setiap tahun sekali.
Steven Andrew (33), salah satu wisatawan yang berasal dari Amerika Serikat itu mengaku, kalau dirinya sangat takjub dengan ancak-ancak yang dibuat oleh warga, khususnya ancak berbentuk Untung Suropati dan Sakera.
“Facebook was my dictionary, when I read it, I told them and I decided to come here, because it’s all about funeral. (Saya tahunya dari facebook, dan ketika saya membacanyya, saya bicara ke mereka semua hingga saya putuskan untuk datang ke sini, karena ini adalah tradisi,red), “ ucap pria yang bekerja sebagai akuntan public di negeri Paman Sam tersebut, saat ditemui kabarpas.com di lokasi berlangsungnya kegiatan grebek memeteri desa.
Sementara itu, Bupati Pasuruan, HM Irsyad Yusuf yang kala itu turut hadir dalam acara ini mengatakan, kalau pihaknya akan menjadikan Grebek Memetri Desa itu menjadi event wajib tahunan yang harus dilaksanakan.
“Acara ini ternyata luar biasa. Kami sangat apresiasi dengan semangat tinggi dari semua warga untuk menampilkan ancak dan tradisi berebut hasil bumi tersebut. Untuk itu event semacam inilah yang harus kita pertahankan sampai kapanpun. Jadi tahun depan event ini harus digelar kembali,” pungkasnya. (iim/sym).