Pasuruan, Kabarpas.com – Senator Evi Zainal Abidin melakukan Dialog Interaktif 4 Pilar Kebangsaan di Audiotorium Pascasarjana UNIWARA Pasuruan. Dalam Dialog 4 Pilar Kebangsaan ini Senator Evi banyak berinteraksi dengan mahasiswa untuk dapat melihat prespektif mereka tentang “nasionalisme pada Era saat ini”.
Senator Evi menyebut bahwa the founding father mendefinisikan bahwa paham kebangsaan adalah suatu konsepsi tentang kesatuan dan persatuan bangsa yang dilandasi oleh semangat nasionalisme, yang diperkuat oleh kebudayaan, sejarah, bahasa, dan agama yang sama. Hal ini berbeda dengan definisi Nurcholis Majid dalam mendefinisikan kebangsaan yaitu merupakan pandangan, perasaan, wawasan, sikap, dan perilaku suatu bangsa yang terjalin karena persamaan sejarah, nasib dan sepenanggungan untuk hidup bersama-sama secara merdeka dan mandiri.
“Kita tahu lahirnya bangsa Indonesia didasari oleh semangat untuk bersatu atas kebhinekaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, jadi definisi dari nasionalisme ini bisa dengan tegas kita lihat, kita kenali bahwa ini adalah definisi nasionalisme sebelum kemerdekaan atau pada masa-masa perjuangan kemerdekaan. Sekarang adalah saatnya kita mendefinisikan nasionalisme dalam ruang waktu saat ini dimana sudah memasuki era tekhnologi dan globalisasi,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama senator Evi mengilustrasikan sampai sejauh mana para mahasiswa menjadikan viral budaya lokal, serta menanyakan berapa banyak film dalam negeri yang sudah ditonton oleh para mahasiswa.
“Pernahkah kita berpikir bagaimana untuk menjadikan budaya lokal kita menjadi Viral ?”, “berapa banyak film dalam negeri yang kalian tonton?”, “atau berapa fasih kamu menggunakan Bahasa daerah ?,” terangnya.
Menurut Bunda Eza sapaan akrab senator Evi Zainal Abidin, generasi saat ini lebih banyak mengenal K-Pop, memakai barang bermerk luar. Padahal seharusnya berpikir bagaimana caranya budaya Indonesia menjadi tersohor.
“Kita bisa membuat viral kekayaan lokal kita dengan cara-cara yang sederhana salah satu contohnya adalah dengan memakai batik itu adalah bagian untuk kita mengaktualisasikan cara nasionalisme kita mencintai produk-produk dalam negeri,” terangnya.
Senator Evi berpendapat bahwa kelemahan generasi Indonesia saat ini adalah takut salah, takut gagal dan kelemahan bangsa Indonesia adalah takut dikatakan tidak bisa, padahal awal sukses itu diawali dengan kesalahan, awal keberhasilan diawali dengan kegagalan, awal hebatnya pengetahuan diawali dengan ketidaktahuan.
“Oleh karena itu, kalau kita mau menjadi generasi yang paham terkait “apa sih nasionalisme” maka yang kamu harus lakukan selaku generasi muda ada di sini di hati dan juga di kepala adalah bahwa bagaimana aku sebagai generasi Indonesia mampu menjadikan Indonesia tersohor di dunia,“ tandasnya.
Dalam konteks peran generasi muda dalam politik khususnya yang dimulai dari politik kampus dengan aktif terlibat dalam organisasi kampus. Senator Evi Kembali berpesan bahwa memang tantangan terbesar adalah pada saat orang jadi aktivis, orang di parlemen jalanan mereka idealis tapi pada saat mereka punya kewenangan mereka menjadi transaksional itu tantangannya.
“Jadi itulah yang saya sampaikan dari awal bahwa jika kamu merasa bersih, kamu merasa kuat, niat kamu kuat, merasa kuat prinsip, jadilah aktivis dan kemudian Masuklah ke parlemen. Ingat seorang aktivis, seorang mahasiswa, seorang pemimpin mahasiswa yang kemudian maju untuk running menjadi seorang legislator buat saya adalah hal yang luar biasa dan saya acungi jempol, dan untuk mereka yang yang running menjadi legislator janganlah diejek, sudah seharusnya komunitasnya memberikan dukungan penuh,“ terangnya.
Bagi Senator Evi, beberapa upaya yang dapat dilakukan di era globalisasi ini dalam meningkatkan jiwa nasionalisme bangsa Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pengenalan kembali identitas nasional yang bersumber pada budaya lokal, membangun integrasi bangsa, dan menumbuhkan wawasan kebangsaan Indonesia.
“Beberapa upaya yang dapat dilakukan di era globalisasi ini dalam meningkatkan jiwa nasionalisme bangsa Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pengenalan kembali identitas nasional yang bersumber pada budaya lokal, membangun integrasi bangsa, dan menumbuhkan wawasan kebangsaan Indonesia,” paparnya.
Terakhir, Senator Evi berpesan bahwa nasionalisme sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan kecintaan dan kehormatan terhadap bangsanya sendiri.
“Dengan demikian, pemuda dapat menjaga keutuhan dan persatuan bangsa, sehingga dapat meningkatkan martabat bangsa di hadapan dunia internasional,” pungkasnya. (ajo/ian).