Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Cerpen · 22 Sep 2024 05:15 WIB ·

SEMENDI


SEMENDI Perbesar

Oleh: Gus Haidar Hafeez

 

KABARPAS.COM – ILMU kanuragan telah purna di tempuh dari ayah dan kakek. Semendi putra Hasanudin putra Palatehan pendiri Jakarta. Semendi di perintah sang kakek memunguti jejak Ishak setelah berpisah dengan Dewi Sekardadu. Perpisahan Dewi Sekardadu dengan Ishak di picu fitnah yang memaksa Ishak terusir dari rumah meninggalkan Joko Samudro buah cinta dengan Dewi Sekardadu. Bayi baru lahir yang kemidian di hanyutkan Dewi Sekardadu ke sungai tak jauh kemudian lautan lepas. Sama seperti nabi Musa saat bayi di larung bunda. Demi bayi kemudian menemukan takdirnya. Musa di temukan hanyut di sungai Nil di atas kotak kayu oleh Asiyah binti Muzahim istri raja Firaun. Juga sama seperti bayi bernama Musa bayi bernama Joko Samudro ditemukan terapung di atas kotak kayu oleh anak buah kapal dagang milik raja kapal perempuan kaya dari Gersik. Kapal dagang yang sedianya berjalan ke timur seperti hanyut di seret arus hingga menuju selatan. Di kejauhan nampak ada kotak kecil terapung menggoda keingintahuan seluruh ABK. Setelah menurunkan perahu skoci dua orang ABK yang bertugas menjemput kotak kecil itu keheranan sekaligus kegirangan. Bayi kecil laki laki. Teriak Marsullam dan Rojali kepada seluruh ABK yang menanti di atas kapal.

Setelah semuanya selesai dan bayi yang kemudian di beri nama oleh Suroso sang nahkoda dengan Joko Samudro tidur pulas di ruang nahkoda setelah selesai di suapi wedang gulo. Suroso mengarahkan Kapal menuju arah timur namun arus laut mengarahkan Kapal ke arah barat atau arah pulang ke Gresik. Suroso membiarkan kapal menuju arah barat seiring angin membawa lari kencang kapal dagang dari Gresik kembali pulang ke Gresik. Sesampai di Gersik nyai Ageng Pinatih saudagar kaya yang raja kapal itu bertanya keheranan mendapati Suroso putar haluan dan balik ke gersik menemui dirinya. Ada apa Suroso apa ada perompak kok kembali. Tidak Nyai. Jawab Suroso. Tapi kami menemukan bayi lelaki. Loh apa kaitannya dengan perjalanan dagang mu. Begini nyai. Sambil menghela nafas Suroso sang nahkoda menjelaskan dari awal hingga ahirnya kapal harus pulang dan ingin menyerahkan bayi lelaki yang dia sebut Joko Samudro kepada nyai Ageng Pinatih sang juragan. Ow bayi lelaki yang sangat tampan. Sini aku gendong. Pinta nyai Ageng Pinatih kepada Suroso. Nang ning nung, ning nang nung. Sambil menggendong ke arah halaman rumah. Nyai Ageng Pinatih mengatakan kepada bi Misarah. Bi bikinkan tajin untuk nyuapi Joko Samudro. Tak lama kemudian bi Misarah membawa mangkuk yang dia nampani dengan serbet kotak kotak warna biru merah. Warna dominan pada kapal milik nyai Ageng Pinatih. Suroso bayi ini aku pungut ya. Dengan senang hati Suroso menjawab iya. Sebab Suroso sejak pertama menemukan bayi lelaki di tengah lautan entah sebab apa hatinya dihujani hujan bahagia tiada henti.
Lalu bayi bernama Joko Samudro mondok di Ampel bersama sunan Ampel Joko Samudro di kenal dengan Raden Ainul Yaqin tinggal di giri dan masyhur di sebut sunan Giri.

Semendi malam itu mengarungi samudera, kapal dagang yang ditumpangi dari pelabuhan Cirebon tenggelam di utara Pasuruan. Badai menghantam kapal dan menenggelamkan kapal bersama seluruh isi kapal. Tak terkecuali Semendi turut tenggelam di telan lautan. Sang kakek mengetahui kejadian malam itu dan memerintah ikan mungsing untuk menyelamatkan Semendi. Sepontan ikan mungsing seluruh lautan saling mencari. Mungsing besar di perairan Pasuruan berlarian mendapati tubuh Semendi lunglai. Mungsing langsung menelan Semendi agar tidak di telan lautan. Tubuh Semendi yang mulai lemas kekurangan oksigen di biarkan damai bernafas ada di antara paru paru dan sirip mungsing. Mbah Bunthek murid sunan gunung jati telah tewas tertembak Belanda setahun silam. Pasalnya aji aji kul buntheknya di tukar oleh muridnya yang berkhianat ingin meraup banyak uang. Sabuk kulit berisi mustika kul bunthek di tukar dengan sabuk serupa untuk di jual kepada Belanda sebagai sayembara.

Mbah Bunthek saat melakukan penghadangan di sepanjang jalan Daendels merasa ada yang aneh. Saat harus berlari menuju sungai dan menyelam mbah Bunthek tenggelam dan lalu menyumbul kepermukaan air tidak seperti biasanya berjalan berlari dan apa saja seperti di muka bumi. Tidak amphibi seperti biasanya. Hingga mbah Bunthek ahirnya tertembak Belanda. Dengan sekuat tenaga mbah Buntek yang telah terluka lari bersembunyi di rumah yang juga ada pesantrennya. Darah bercucuran sepanjang jalan yang telah di lewati mbah Bunthek tidak mampu menyembunyikan keberadaan mbah Bunthek. Hingga ahirnya mbah Bunthek tertembak untuk kesekian kalinya. Mbah Bunthek tewas bersama murid muridnya saat melakukan perlawanan dengan pasukan Belanda. Pondok dan seluruh bangunan di ratakan dengan tanah, reruntuhannya di jadikan pekuburan.

Atas nama taat kepada guru atas nama samikna wa atakna kematian tidak mampu menahan hadir mbah Bunthek untuk hadir atas panggilan sunan Gunung Jati sang guru. Tanah makam mbah Bunthek bergerak seperti ada yang akan keluar. Su-udi dan Samat yang kebetulan sedang berburu burung dan luwak langkahnya terhenti. Su-udi seperti penghuni kubur hendak keluar. Iya. Jawab Su-udi singkat. Tubuh kedua bocah itu gemetaran. Tak terasa dari celananya mengalir deras kencing. Lelaki yang biasa di panggil mbah Bunthek keluar dari dalam kubur sejenak berdiri merapikan baju dan membersihkan debu yang nempel di bajunya. Lalu melihat ke kiri dan ke kanan tatapannya garing tak seperti biasa air mukanya senantiasa basah oleh senyum rekah di bibirnya. Mbah Bunthek berjalan ke arah pantai menerobos hutan bakau yang bersebelahan dengan makam yang dulunya adalah rumah dan pondok pesantren Mbah Bunthek.

Sesampai di tengah laut Mbah Bunthek memanggil manggil ikan mungsing yang menyelamatkan Semendi. Empat puluh satu hari kemudian ikan mungsing yang di cari cari menuju arah suara seruan mbah Buntek. Seperti menggunakan bahasa isyarat Ikan mungsing menceritakan kejadian mulai dari awal hingga akhir kepada mbah Buntek yang sama sama berada di kedalaman lautan. Mungsing aku hanya menunaikan perintah guruku kanjeng sunan Gunung Jati. Untuk menjemput cucunya yang ada di dalam perutmu. Sepontan ikan mungsing mengangguk mengiyakan ucapan mbah Bunthek. Sesampainya di pantai Plala-an mungsing memuntahkan Semendi dari dalam perutnya. Semendi yang masih lemas di hampiri mbah Bunthek. Sembari membersihkan tubuh Semendi yang belepotan lendir beraroma amis pepes hati mungsing. Mbah Bunthek mengucap terimakasih kepada ikan mungsing. Arrumuz 20924. (***).

Artikel ini telah dibaca 68 kali

Baca Lainnya

Mobil Ford Everest Ringsek Usai Ditabrak KA Tawang Alun di Pasuruan

7 November 2024 - 15:44 WIB

Tidak Boleh Ada Diskriminasi Gaji untuk Dosen dan Tenaga Pendukung Perguruan Tinggi

7 November 2024 - 12:51 WIB

Ahmad Baso: 3 Hal Rekomendasi Seminar HSN IAIN Madura dan PWNU Jawa Timur

7 November 2024 - 11:54 WIB

Forum Penyelamat Demokrasi Demo Bawaslu Kota Pasuruan

7 November 2024 - 07:29 WIB

Hasil Survei Elektabilitas, PKB Sebut Paslon MUDAH Ungguli Rubih

6 November 2024 - 13:27 WIB

KPU Mulai Sortir dan Lipat Surat Suara Pilkada 2024

6 November 2024 - 12:06 WIB

Trending di Kabar Probolinggo