Probolinggo (Kabarpas.com) – Fase erupsi Gunung Bromo di Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo semakin menggeliat. Bahkan, semburan material vulkanik dari puncak kawah pada hari ini pekat tebal dan berwarna coklat dibandingkan sebelumnya.
Saat ini semburan material vulkanik telah mencapai ketinggian 3.529 meter diatas permukaan laut (Mdpl), menuju arah timur dan timur laut atau kawasan pemukiman penduduk warga suku Tengger.
Selain muntahan material kasar berupa pasir dan abu vulkanik. Kawah Gunung Bromo teramati mulai melontarkan lava pijar dengan radius 100 meter dari puncak kawah. Namun,muntahan lava pijar ini hanya teramati pada malam hari bersamaan dengan pancaran sinar api.
Tidak hanya dari pantauan visual, seismograf di pos Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menunjukkan. gempa tremor kembali menguat dengan kisaran 3 mendatar 36 milimiter dominan 13 milimeter. Adapun gempa letusan tidak terjadi karena fragmentasi magma sudah keluar dari permukaan kawah dalam bentuk lava pijar.
“Meski erupsi Gunung Bromo kian mendekati puncak. Namun, kami belum menaikkan status Gunung Bromo dari siaga menjadi awas. Meski begitu pengamatan dan evaluasi terus kami lakukan sembari tetap menghimbau kepada warga dan pengunjung agar tetap mematuhi radius aman 2,5 kilo meter,” ujar Ahmad Subhan, Kepala PVMBG Gunung Bromo kepada Kabarpas.com. Selasa, (26/01/2016).
Selain itu, kawasan lereng Gunung Bromo saat ini mulai diguyur hujan abu vulkanis dengan intensitas ringan hingga tebal. Kondisi ini membuat warga suku Tengger resah. Pasalnya, mereka khawatir abu kembali merusak lahan pertanian mereka.
“Semoga hujan abu ini segera berlalu, sebab kalau terus-terusan diguyur hujan abu bisa rusak lagi lahan pertanian milik warga di sini,” ucap Ngartiah salah satu warga suku Tengger kepada Kabarpas.com. (har/tin).