Jember, Kabarpas.com – Selasa (14/10/2025) pagi, warga Jember dibuat bertanya-tanya. Pesawat Fly Jaya yang dijadwalkan terbang reguler dari Bandara Notohadinegoro, dikabarkan batal lepas landas. Kabar itu sontak menyebar cepat di media sosial, memantik gelombang komentar yang sebagian besar diarahkan pada sosok Bupati Jember Muhammad Fawait, atau akrab disapa Gus Fawait.
Sebuah proyek ambisius yang seharusnya menjadi momentum kebangkitan transportasi udara Jember, tiba-tiba berubah menjadi bahan sindiran. Dari linimasa media sosial hingga obrolan warung kopi, Fly Jaya kini menjadi simbol “harapan yang belum sempat mengudara.”
Namun, di tengah riuhnya kritik, muncul pertanyaan yang lebih penting. Apakah adil menilai kepemimpinan seorang bupati hanya dari satu penerbangan yang tak jadi terbang?
Kritik publik tentu wajar, bahkan penting. Namun dalam konteks ini, Jember justru butuh keseimbangan perspektif. Bukan untuk membela, tetapi untuk adil. Seorang pemimpin tidak seharusnya dihakimi dari satu momen yang belum berhasil, melainkan dinilai dari arah panjang kebijakannya.
Sebagaimana pesawat yang tertunda lepas landas, pembangunan pun kadang butuh waktu untuk menembus awan tantangan. Yang dibutuhkan bukan cemooh, tapi dorongan agar mesin yang sempat macet bisa kembali menyala.
Bupati Gus Fawait bukan tanpa kekurangan, namun kepemimpinannya sejauh ini menunjukkan arah yang jelas membangun Jember yang inklusif, modern, dan terhubung. Ia bukan hanya pemimpin politik, tetapi juga seorang konseptor muda yang mencoba menempatkan Jember dalam peta nasional.
Fly Jaya mungkin belum terbang hari ini. Tapi siapa tahu, besok atau minggu depan, pesawat itu akhirnya benar-benar menembus langit. Dan ketika itu terjadi, semoga publik tak lupa bahwa setiap keberhasilan besar selalu lahir dari proses yang panjang, ya terkadang disertai satu-dua kegagalan yang justru menguatkan tekad.
Sebab pada akhirnya, bukan soal seberapa cepat pesawat itu terbang, tapi seberapa jauh Jember melaju di bawah kepemimpinan Gus Fawait.
Satu Kesalahan, Seribu Lupa
Kritik publik tentu bagian dari demokrasi. Tapi dalam era digital, satu isu bisa membesar bak bola salju. Pesawat Fly Jaya yang gagal terbang hari ini memang menimbulkan kekecewaan. Namun, di tengah kritik itu, publik seolah lupa bahwa Jember justru sedang berada di puncak pencapaian dalam banyak sektor.
1. Penghargaan Anggaraksa Dharma 2025 dari Kemendagri
Anggaraksa Dharma merupakan bentuk apresiasi tertinggi dari Kemendagri kepada inspektorat daerah yang dianggap konsisten menjaga akuntabilitas, integritas, profesionalisme, dan inovasi dalam pengawasan. Penilaian dilakukan secara menyeluruh mulai dari efektivitas pembinaan perangkat daerah, kualitas pengawasan, hingga kontribusi nyata terhadap tata kelola pemerintahan yang bersih.
Jember menjadi salah satu kabupaten yang dinilai mampu menunjukkan kinerja pengawasan yang efektif, profesional, dan berintegritas.
2. Mohamad Syafei Awards 2025 untuk Inovasi Pendidikan
Bupati Gus Fawait dianugerahi Mohamad Syafei Awards 2025 sebagai Kepala Daerah Inspiratif Bidang Pendidikan. Ia dinilai sukses memimpin transformasi pendidikan di Jember melalui pendekatan kolaboratif lintas sektor.
Selama kepemimpinannya, Pemerintah Kabupaten Jember meluncurkan berbagai program strategis, di antaranya Beasiswa untuk keluarga kurang mampu, petani, bahkan santri. Revitalisasi infrastruktur sekolah, terutama di wilayah selatan dan pegunungan. Peningkatan kompetensi dan kesejahteraan guru lewat kerja sama dengan komunitas pendidik. Gerakan literasi berbasis budaya lokal, melibatkan pesantren dan komunitas masyarakat.
Langkah-langkah ini dinilai sejalan dengan semangat Mohamad Syafei (pelopor pendidikan progresif) dalam membangun pendidikan yang berpihak pada rakyat dan berakar pada kearifan lokal.
3. Indonesian Collaborative Partnership Regency Award
Dalam ajang International Tourism Marketing Week 2025 bertema “Wonderful Indonesian Regencies Impact Award”, Jember meraih penghargaan Indonesian Collaborative Partnership Regency Award.
Jember dinilai berhasil menerapkan prinsip kemitraan kolaboratif (collaborative partnership) dalam mengembangkan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan. Sejumlah program seperti penguatan kapasitas Pokdarwis, digitalisasi promosi lewat portal Wonderful Jember dan media sosial, serta kerja sama dengan komunitas kreatif dan pelaku UMKM menjadi indikator utama keberhasilan tersebut.
Deretan prestasi di atas hanya segelintir dari menumpuknya piagam Kabupaten Jember yang menjadi pengakuan di tingkat nasional. Hebatnya, ditorehkan dalam sepekan terakhir.
Satu pesawat memang bisa gagal terbang. Tapi pembangunan, jika dijalankan dengan arah yang jelas, akan terus melaju. Dan Jember dengan seluruh tantangan dan prestasinya, kini berada di jalur itu.
Kadang, tugas kita sebagai warga bukan hanya bersuara saat kecewa, tapi juga memberi apresiasi saat daerah kita terbang tinggi. (dan/ian).