Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Sosial & Budaya · 20 Mar 2015 16:09 WIB ·

Sambut Nyepi, Warga Tengger Arak Puluhan Ogoh-ogoh Keliling Desa


Sambut Nyepi, Warga Tengger Arak Puluhan Ogoh-ogoh Keliling Desa Perbesar

Tosari (Kabarpas.com) – Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru saka 1937. Ribuan umat Hindu Tengger yang berada di lereng Gunung Bromo, merayakan tawur agung kesanga dengan mengarak puluhan ogoh-ogoh keliling desa.

“Ada 46 ogoh-ogoh yang diarak keliling desa dari tiga kecamatan, yakni Kecamatan Tosari, Puspo, dan Tutur,” ujar salah satu Dukun Pandita Suku Tengger asal Tosari, Eko Warnoto kepada Kabarpas.com, saat ditemui sebelum dilaksanakannya ritual upacara Nyepi, di sebuah lapangan yang ada di Desa/Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan, Jumat (20/03/2015) sore.

Dijelaskannya, ogoh-ogoh merupakan simbol butha kala yang memiliki kekuatan negatif atau kekuatan alam yang merupakan perwujudan dari unsur alam yang terdiri dari air, api, cahaya, tanah, dan udara.

“Ogoh-ogoh ini hanyalah simbol perbuatan negatif yang nantinya akan dibakar oleh warga di desa mereka masing, dengan harapan untuk menghilangkan hal-hal yang negatif di desa mereka,” terangnya kepada Kabarpas.com.

Selai itu, ia juga mengatakan, bahwa dalam upacara Nyepi itu sendiri memiliki empat rangkaian, yakni melasti yang sudah diadakan Kamis (19/03/2015) kemarin, pecaruan atau tawur dan pengerupukan, nyepi, dan ngembak geni.

“Dalam perayaan nyepi atau catur brata nyepi terdiri dari amati geni yang berarti tidak menyalakan api, termasuk api amarah yang ada dalam diri manusia, lelanguan yang berarti tidak berfoya-foya atau mengadakan pesta,” ucapnya.

Selain itu, pati lelungan yang berarti tidak berpergian kemana pun, dan pati karya yang berarti tidak bekerja selama Hari Raya Nyepi yang jatuh pada hitungan tilem kesanga yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa.

Sementara itu, pantauan Kabarpas.com di lokasi, 46 ogoh-ogoh dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menyeramkan tersebut, diarak keliling desa yang ada di lereng Gunung Bromo dengan diiringi tarian dan alat musik tradisional suku Tengger. (ajo/uje).

Artikel ini telah dibaca 15 kali

Baca Lainnya

Resepsi HUT ke-41, FKPPI Probolinggo Bagikan Ratusan Sembako

12 September 2019 - 23:51 WIB

Opini : Impor Guru Sebagai Bentuk Penjajahan Baru?

15 Mei 2019 - 12:30 WIB

Empat SMP di Kabupaten Probolinggo Dinilai Tim Verifikasi Adiwiyata Jatim

27 April 2019 - 19:00 WIB

Pameran Expo Pembangunan Tampilkan Produk Unggulan UKM

27 April 2019 - 18:20 WIB

Ungkapan Rasa Syukur, Pemkab Probolinggo Tasyakuran dengan Potong Tumpeng

18 April 2019 - 17:22 WIB

Pemkab Probolinggo Sosialisasikan Fasilitasi HKI

6 Maret 2019 - 08:56 WIB

Trending di KABAR NUSANTARA