Jember, Kabarpas.com – Lonjakan pasien di Rumah Sakit Daerah (RSD) dr. Soebandi Jember pasca penerapan program Universal Health Coverage (UHC) membuat fasilitas layanan kesehatan ini mengalami kelebihan kapasitas. Akibatnya, sejumlah pasien terpaksa menunggu di Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena belum tersedianya tempat tidur rawat inap.
Deni Irawan, Wakil Direktur Bidang Umum dan Keuangan RSD dr. Soebandi, mengakui kondisi tersebut terjadi karena tingginya animo masyarakat untuk berobat di rumah sakit pemerintah setelah program UHC diterapkan.
“Sejak UHC diluncurkan, antusiasme warga Kabupaten Jember meningkat signifikan. Rumah sakit kami menjadi tujuan utama berobat masyarakat, bahkan pasien dari luar daerah juga berdatangan,” ujarnya.
Deni menambahkan, IGD sempat kewalahan karena jumlah pasien yang terus meningkat, sementara tenaga medis dan ketersediaan tempat tidur terbatas.
“Sebenarnya kapasitas tempat tidur selama ini mencukupi. Namun dengan lonjakan pasien akibat UHC, beberapa pasien harus menunggu di IGD sampai pasien rawat inap lainnya diperbolehkan pulang,” jelasnya, Selasa (21/10/2025).
Menurut Deni, manajemen rumah sakit telah berupaya mencari solusi sementara, seperti menempatkan pasien di ruang tunggu rawat jalan sembari menunggu ketersediaan tempat tidur. Dari total pasien yang sempat menunggu hingga 30 orang kemarin, kini jumlahnya berangsur turun menjadi sekitar 12 pasien.
Namun, untuk jangka panjang, pihak rumah sakit menilai perlu adanya penambahan gedung baru khusus rawat inap. Gedung empat lantai yang telah direncanakan sebenarnya sudah masuk dalam konsep pengembangan rumah sakit, namun pembangunannya belum rampung.
“Kalau gedung empat lantai itu selesai, bisa menambah sekitar 40 tempat tidur baru. Dengan begitu, pelayanan bisa lebih optimal dan tidak ada lagi pasien yang menunggu lama di IGD,” ujar Deni.
Ia menyebutkan, total kebutuhan anggaran untuk menyelesaikan gedung dan melengkapi alat medis mencapai Rp47 miliar.
“Kebutuhan fisik bangunan dan alat medis mencapai sekitar 47 miliar rupiah. Karena BLUD kami terbatas, tentu perlu dukungan dari Pemkab Jember maupun pihak lain,” imbuhnya.
Sementara itu, Bupati Jember Fawait yang meninjau langsung kondisi RS Soebandi pada Selasa (21/10/2025), mengakui adanya lonjakan pasien yang datang bukan hanya dari Jember, tetapi juga dari beberapa kabupaten tetangga seperti Situbondo dan Banyuwangi.
“Saya melihat sendiri betapa padatnya pasien di depan. Bahkan ada yang dari luar Jember. Artinya, RSD dr. Soebandi memang menjadi rujukan utama bagi tujuh kabupaten/kota sesuai SK Gubernur,” ungkap Bupati.
Karena itu, ia menegaskan bahwa pemerintah daerah akan mendukung penuh upaya pembangunan gedung baru agar pelayanan kepada masyarakat semakin optimal.
“Tahun depan kami akan menambah fasilitas alat cuci darah dan mendorong pembangunan gedung baru. Tujuannya agar pelayanan di rumah sakit rujukan ini bisa lebih baik dan menjangkau masyarakat yang lebih luas,” tegasnya.
Fawait juga menyoroti pentingnya perencanaan anggaran yang matang agar pembangunan berjalan tanpa menimbulkan beban keuangan di masa depan.
“Kami sudah berdiskusi dengan Dinas Kesehatan dan pihak rumah sakit agar setiap program disusun dengan perencanaan realistis dan tidak menyisakan hutang bagi pemerintah berikutnya,” katanya.
Dengan dukungan penuh dari pemerintah daerah, diharapkan pembangunan gedung baru RSD dr. Soebandi bisa segera terealisasi dan menjadi solusi jangka panjang bagi pelayanan kesehatan masyarakat Jember dan sekitarnya. (dan/ian).