Jember, Kabarpas.com – Di lereng Gunung Argopuro, sekitar 12 kilometer dari pusat kota, berdiri kawasan wisata legendaris yang menjadi kebanggaan masyarakat Jember, Rembangan. Udara sejuk, panorama hijau, dan suasana khas pegunungan membuat siapa pun betah berlama-lama di tempat ini. Namun, di balik keindahan alamnya, Rembangan menyimpan kisah bersejarah yang tak ternilai: jejak Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Jember, Bobby Arie Sandy menyebut Rembangan sebagai destinasi dengan nilai sejarah tinggi sekaligus simbol identitas Jember.
“Kalau bicara Rembangan, ini banyak kenangan,” ujarnya.
“Bangunan kolonialnya berdiri sejak 1937, dan informasinya Bung Karno pernah singgah di kamar nomor 01, yang masih terjaga keasliannya hingga sekarang,” imbuhnya.
Bobby menambahkan, Rembangan merupakan “puncak” terdekat dari kota yang mudah dijangkau wisatawan.
“Kalau orang Jakarta ke Bogor, orang Surabaya ke Batu, maka orang Jember cukup ke Rembangan. Cuma 20–30 menit dari pusat kota, tapi suasananya sudah benar-benar berbeda. Sejuk, asri, dan menenangkan,” tuturnya.
Dari ketinggian, wisatawan bisa menikmati city view Jember yang gemerlap di malam hari dan hamparan hijau Argopuro di pagi hari, dua panorama yang membuat Rembangan tak pernah kehilangan pesonanya.
Kamar Bung Karno yang Jadi Saksi Sejarah
Salah satu daya tarik utama Rembangan adalah Kamar Melati Nomor 1 di Hotel Rembangan, tempat Bung Karno pernah singgah pada era 1950-an. Dari balkon kamar di lantai dua itu, Sang Proklamator kerap menikmati pemandangan sambil menghisap cerutu, sebuah kebiasaan reflektif yang melekat pada sosoknya.
Kini, kamar tersebut masih dipertahankan dengan desain aslinya. Dinding kayu jati, lampu klasik, dan ranjang tua tetap terawat, menjaga aura sejarah yang kuat.
Arsitekturnya sengaja tidak diubah, demi menjaga bagian penting dari warisan Jember.
Hotel ini sendiri dibangun pada tahun 1937 oleh Mr. Hofstide, pengawas perkebunan kopi dan kakao pada masa kolonial Belanda. Setelah kemerdekaan, kawasan ini resmi dikelola Pemerintah Kabupaten Jember dan menjadi aset wisata bersejarah yang terus hidup hingga kini.
Pihak pengelola bersama Dinas Pariwisata kini aktif memperkuat branding wisata sejarah Rembangan. Banner informatif dan infografis sejarah dipasang di berbagai titik strategis, sementara promosi digital dilakukan lewat media sosial dan kolaborasi dengan influencer.
Promosi berbasis digital ini disebut penting, agar Rembangan lebih dikenal luas. Tren kunjungan memang belum melonjak, tapi grafiknya terus naik.
Sekitar 70 persen tamu hotel saat ini merupakan rombongan kegiatan pemerintahan dan CSR, sementara kunjungan wisata umum terus meningkat seiring perbaikan akses dan promosi.
Rembangan bukan hanya soal sejarah. Kawasan ini menawarkan pengalaman wisata lengkap: kolam renang dengan air pegunungan, camping ground, lapangan tenis, aula besar, hingga agrowisata buah naga, kopi, durian, dan bunga krisan yang bisa dinikmati langsung oleh pengunjung.
Keindahan itu pula yang membuat wisatawan mancanegara jatuh hati. Balqis, perempuan asal Belanda yang telah 43 tahun tinggal di Negeri Kincir Angin, mengaku terpesona saat pertama kali datang.
“Pemandangannya luar biasa. Kalau di Belanda ada Volendam, di sini seperti versi tropisnya. Sejuk, tenang, dan sangat menarik,” katanya.
Ia menilai keunggulan Rembangan terletak pada kombinasi alam dan keramahan masyarakat.
“Kalau di Belanda laut dan danau, di sini pegunungan yang alami dan udara segar. Saya suka sekali. Insyaallah, saya mau kembali dan menginap di sini,” ujarnya saat ditemui pada Selasa (14/10/2025).
Dari nostalgia Bung Karno hingga kisah wisatawan mancanegara, Rembangan bukan sekadar destinasi, tetapi potret harmoni antara sejarah dan alam. Sebagaimana aroma cerutu Bung Karno yang pernah menembus udara sejuk Rembangan puluhan tahun silam, warisan sejarah itu kini kembali mengingatkan bahwa setiap sudut Jember, ada kisah yang patut dirawat dan disampaikan kembali pada dunia. (dan/ian).