Grati (Kabarpas.com) – Pencairan dana kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang masuk dalam Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS) merupakan angin surga bagi sekitar 119.968 warga miskin asal Kabupaten Pasuruan. Jumat, (28/11/2014).
Namun demikian, program pemerintah pusat itu, justru membuat gigit jari ratusan warga miskin atau yang masuk dalam kategori rumah tangga sasaran (RTS) di Kabupaten setempat. Pasalnya, hingga kini masih ada ratusan warga miskin yang tidak terdata dan tidak bisa menerima PSKS.
Diantara ratusan warga miskin yang tidak terdata tersebut adalah Riana (35) dan ibunya Khosiah (60). Warga Dusun Kambingn Timur, Desa Kambingrejo, Kecamatan Grati ini tidak terdaftar di desanya sebagai penerima dana PSKS.
Padahal pada hari Minggu (30/11/2014) besok, di tempat tinggal mereka itu akan dilakukan pencairan dana PSKS kepada 396 orang warga yang masuk dalam kategori RTS tersebut. “Saya tidak tahu kenapa kok tidak bisa terdaftar,” ucap Riana kepada Kabarpas.com saat ditemui di rumahnya yang pada beberapa tahun lalu dapat bantuan dari pihak koramil setempat.
Janda tiga anak ini menceritakan,kalau sehari-hari dirinya hanya tinggal bersama ibu dan anak-anaknya Muhammad Ilyas Safiudin (8), Hafidatun Tul Karomah (6), dan Muhhamad Yatim Ilhami (2,5). Sementara itu, suaminya sudah meninggal sekitar dua tahun yang lalu. Bahkan demi menghidupi keluarganya, Riana rela bekerja sebagai buruh pembungkus kerupuk.”Sekarang saya kerja buntel (bungkusin) kerupuk mas,” imbuhnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, kalau dirinya sudah terbiasa bekerja dari malam hingga subuh dengan dibantu oleh ibunya. Dari pekerjaanya itu, dirinya mendapatkan upah Rp 12.000. Uang tersebut, ia gunakan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.”Meski nilainya tidak cukup besar. Yang penting barokah. Sebab bayaran berapapun kalau mengeluh juga kurang,” ucap perempuan berjilbab ini.
Selain itu, Riana juga mengatakan, untuk menambah penghasilan keluarganya, ibunya juga turut membantu bekerja membuat welit (atap daru daun tebu kering). Dalam sehari, ia dan ibunya bisa membuat 40 buah welit. Satu buah welit, biasanya dijual dengan harga Rp 2000.
Sementara itu, Wasis, kepala desa setempa, membenarkan bila di desanya itu masih banyak warga miskin yang belum terdaftar dalam daftar penerima dana PSKS. “Memang benar di sini ada sebanyak 280 KK miskin yang tidak terdata,” kata Wasis, saat ditemui Kabarpas.com di balai desa setempat.
Ia mengatakan, kalau di desa yang ia pimpin itu terdapat 2537 penduduk, yang mayoritas bekerja sebagai buruh dan petani. Menurutnya, data 396 warga yang akan menerima dana PSKS pada Minggu besok tersebut, diambil dari data masyarakat penerima BLSM pada 2008 lalu.
Menurut Wasis, seharusnya pemerintah melakukan pendataan ulang terhadap warga penerima (PSKS). Pasalnya, banyak warga yang semula miskin, kini sudah meningkat perekonomiannya dan begitu pula dengan sebaliknya.
“Seharusnya pemerintah melakukan pendataan ulang. Agar pencairan dana PSKS itu benar-benar sampai pada sasaran warga yang miskin. Sebab kalau tidak dilakukan pendataan ulang, kehidupan seseorang itu cepat berubah,” pungkasnya. (ajo/uje).