Reporter : Amelia Putri
Editor : Anis Natasya
Probolinggo, Kabarpas.com – Dalam waktu dekat, PKBM Insan Cendekia Kecamatan Besuk bekerja sama dengan BP PAUD dan Dikmas Provinsi Jawa Timur akan segera mengembangkan model pembelajaran program Pendidikan Kecakapan Wirausaha (PKW) berbasis potensi lokal pedesaan. Sasarannya 20 orang peserta didik calon pengrajin gerabah dengan 2 (dua) orang narasumber di Desa Alaskandang Kecamatan Besuk.
“Fokusnya peserta didik bukan harus bisa membuat gerabah, tetapi bagaimana meningkatkan kompetensi para calon pengrajin gerabah. Sistem pembelajarannya selama 150 jam pelajaran. Dimana setelah mendapatkan materi di kelas, peserta didik ini akan terjun langsung di tengah-tengah masyarakat,” kata Penilik Diktara Kecamatan Besuk Massajo, selaku pendamping pembelajaran.
Menurut Massajo, konten materi yang akan diberikan dalam mengikuti pengembangan model ini ada 9 (sembilan) item. Pertama, membangun mental. Saat ini pembuatan kerajinan gerabah ini sudah hampir punah. Sebab para anak muda sudah gengsi untuk membuat gerabah. Karena hal ini sudah dianggap tidak sesuai dengan zaman millenial. “Pembangunan mental ini diperlukan sehingga pengrajin gerabah tidak semakin habis,” jelasnya.
Kedua, identitas potensi. Proses ini dilakukan dengan cara memotret semua potensi yang mendukung kegiatan wirausaha. Ketiga, produksi ketrampilan. Bagaimana semangat memproduksi para peserta didik diikuti dengan pengembangan inovasi dan kreasi yang baru.
“Keempat, desain dan kemasan. Fokusnya bagaimana seorang calon pengrajin gerabah ini harus bisa mengemasnya dengan baik. Sehingga dari kemasan tersebut, masyarakat akan tertarik untuk membelinya,” terangnya.
Kelima, perencanaan usaha dan pemasaran. Sebelum memulai sebuah usaha harus ada perencanaan yang benar-benar baik. Tetapi selama ini, para pengrajin terkesan menyepelekan sebuah perencanaan. Padahal perencanaan ini sangat penting. “Sekaligus pemasaran produk yang dihasilkan. Walaupun produknya sudah menggunakan kreasi baru, semua akan percuma tatkala tidak bisa menembus pasar,” tegasnya.
Keenam, praktek pemasaran. Selama ini ada mindset bahwa pengrajin selalu menunggu supaya produknya laku terjual. Hal ini harus dirubah dengan dipancing melalui kreasi-kreasi produk yang bagus. Sehingga masyarakat tidak bosan dengan produk yang hanya itu-itu saja.
“Terakhir adalah rintisan usaha yang mencakup bagaimana mendesain tempat usaha, bagaimana mencari peluang tenaga kerja muda serta bagaimana mencukupi modal usaha yang terjangkau dan tidak memberatkan,” ungkapnya.
Melalui pengembangan pembelajaran model ini Massajo mengharapkan ke depan peserta didik memiliki kemampuan dasar untuk membuka usaha gerabah sesuai dengan selera dan kebutuhan masyarakat. “Serta akan menjadi model pembelajaran program PKW dengan memperhatikan potensi kearifan lokal pedesaan,” harapnya. (mel/nis).