Trenggalek, kabarpas.com – Jika tidak ada aral melintang, Pemilukada 2024 akan dilaksanakan pada bulan November mendatang. Tak terkecuali di Kabupaten Trenggalek.
Pengamat politik Trenggalek, Haris Yudhianto menyebut saat ini idealnya parpol itu mencari jago calon bupati bukan melakukan penjaringan, karena minimnya kaderisasi dan rata-rata pilih di zona nyaman. Tidak mau keluar zona tersebut, misalnya naik kelas ke tingkat provinsi, pusat atau macung dalam Pemikukada.
Haris sapaan dia menjelaskan, dengan kindisi yang demikian maka posisi incumbent tetap kuat. Kecuali parpol berani mencari jago alternatif bukan lagi menjaring. “Kalau menjaring itu menunggu mereka yang datang. Jadi harus mencari yang potensial dan punya kemampuan yang memadai untuk bersaing melawan incumbent, “ucapnya.
Haris menuturkan, kalau menjaring itu calon yang akan mendaftar itu kesannya belum-belum sudah takut dengan biaya politik. Namun, jika mencari maka akan ada sharing. Baik kepentingan partai kedepan ataupun kepentingan calon.
“Tapi kalau parpol bersikukuh menjaring dan tidak mencari maka akan sulit mengimbangi incumbent, “imbuhnya.
Ditambahkan Haris, untuk calon yang dicari memang akan lebih pas jika dari luar Trenggalek yang memiliki kapasitas, keilmuan dan kemampuan anggaran, saya kira masalah waktu yang kurang dari 1 tahun masih memungkinkan untuk melawan incumbent.
“Orang baru yang akan mencalonkan tentu belum dikenal oleh masyarakat. Bisa saja masyarakat menyebut baik dan punya kemampuan, “tukasnya.
Ketika disinggung sosok yang bisa mengimbangi incumbent, dia menyampaikan, sosok tersebut punya kapasitas keilmuan, punya anggaran yang cukup dan bisa diterima oleh kalangan masyarakat Trenggalek yang hiterogen. Tapi yang paling banyak dari kalangan NU. “Jadi ini kriteria yang harus dimiliki calon jika ingin melawan incumbent, “tutupnya. (ags/ian).