Trenggalek, kabarpas.com-Meskipun belum ada tanda-tanda kemunculan bakal calon bupati penantang incumbent dalam Pilkada 2024, namun ada salah satu pengamat politik Haris Yudhianto menyebut jika PDI-P dan PKB ada kemungkinan berkoalisi.
Selain dinamika politik, kedua partai besar di Trenggalek tersebut punya pengalaman menang Pilkada 2010 saat berkoalisi. “Sangat mungkin Cinta Lama Bersemi Kembali (CLBK) dalam Pilkada mendatang, “ucapnya, Minggu (24/3/2024).
Haris sapaan dia menjelaskan, secara matematis, basis massa PDI-P dan PKB cukup jelas hingga akar rumput. Sehingga jika itu terjadi tentu akan menyulitkan lawan untuk menang. “Basis massanya jelas. Tinggal kompromi politiknya saja, “imbuhnya.
Selain itu, lanjut Haris, pada Pemilu 2024 yang lalu, baik PDI-P dan PKB merupakan Parpol peraih kursi terbanyak. PDI-P mendapatkan 13 kursi sedangkan PKB 11 kursi.
“Ini artinya kans menang di Pilkada cukup terbuka lebar, “tukasnya.
Ditambahkan dia, meskipun kedua partai tersebut bisa memberangkatkan bacalon sendiri tanpa tergantung partai lain, namun hitung-hitungan politis akan lebih menguntungkan jika keduanya berkolisi.
PDI-P meskipun sudah hampir pasti menjagokan Mochamad Nur Arifin dalam Pilkada nanti, sambung dia, belum bisa dianggap aman betul jika nantinya koalisi pusat dalam Pilpres akan berlanjut ke daerah.
“Memang benar jika saat ini incumbent masih kuat. Tapi akan lebih kuat jika berkoalisi dengan PKB, “tandasnya.
Dia mencontohkan saat Pilkada tahun 2010 PDI-P dan PKB berkoalisi. Hasilnya cukup luar biasa alias menang telak. “Ya memang pada Pilkada 2015 dan 2020 mereka saling berhadapan. Tapi ini politik, semua bisa saja terjadi, “ungkapnya.
Ketika disinggung jika keduanya berkoalisi, siapa yang bakal menjadi AG1, dia beranggapan kompromi politiknya tentu tidak terlalu sulit. “Mungkin saja hitung-hitungannya adalah partai pemenang Pemilu, “tutupnya. (ags/gus).