Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Teras · 18 Sep 2016 09:01 WIB ·

Penampilan Ribuan Penari Gandrung di Pantai Boom Banyuwangi Pukau Para Wisatawan


Penampilan Ribuan Penari Gandrung di Pantai Boom Banyuwangi Pukau Para Wisatawan Perbesar

Banyuwangi (Kabarpas.com) – Festival Gandrung Sewu yang digelar di Pantai Boom, Banyuwangi, Sabtu (17/09/2016) malam, benar-benar memukau ribuan wisatawan yang hadir dari berbagai daerah di Indonesia dan bahkan luar negeri.

Pantauan Kabarpas.com di lokasi, sebanyak ribuan penari Gandrung beraksi memainkan koreografi yang apik di bibir pantai dengan latar belakang Selat Bali dan semburat cahaya matahari tenggelam.

Festival Gandrung Sewu telah memasuki tahun kelima. Ajang ini telah menjelma menjadi pariwisata event (event tourism) berkelas nasional. Terbukti dari berjubelnya wisatawan dan selalu meningkatnya okupansi hotel di Banyuwangi saat acara kolosal tersebut,

“Setiap tahun kami memang selalu menyajikan atraksi yang fantastis dan selalu baru menjadi bukti sahih akan kemegahan Festival Gandrung Sewu,” ujar Plt Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi, Yanuar Bramuda kepada Kabarpas.com.

Tahun ini, Festival Gandrung Sewu menyajikan diorama “Gandrung Lukita”. Tema yang sengaja dipilih untuk pagelaran tahun ini, merupakan skuel lanjutan dari Gandrung Sewu tahun sebelumnya yang bercerita tentang perjuangan Kerajaan Blambangan (cikal-bakal Banyuwangi) melawan penjajah.

Para penari dengan instrumen kipasnya melingkari arena pertunjukan. Membentuk formasi berjajar, sebagian lagi melingkar, dan terus bergerak dalam derap tari yang rancak namun tetap berasa kelembutannya. Kipas putih dan merah beralih seiring tabuh gamelan dan angklung. Suara sinden yang menyanyikan lagu-lagu khas gandrung menjadi narasi cerita. Mengantarkan setiap adegan demi adegan berpaut menjadi pertunjukan yang tiada duanya.

Seluruh atraksi itu akhirnya mampu mengundang decak kagum penontonnya. Tak ketinggalan Marleen, wisatawan asal Jerman. “It’s very beautiful festival. I’ve never seen like this before. It is great when thousands people dancing together. Awesome,” puji Marleen yang saat itu kebetulan sedang berlibur ke Banyuwangi.

Hal senada juga diungkapkan oleh Rosyid, wisatawan dari Malang yang datang bersama sepuluh rekannya. Ia mengaku puas dengan aksi di Festival Gandrung Sewu. “Rasanya merinding melihat ribuan penari di bibir pantai pas jelang matahari tenggelam,” kata dia.

Pertunjukan yang menjadi bagian dari Banyuwangi Festival itu, bagi Bupati Banyuwangi Abdulah Azwar Anas, tak sebatas pagelaran.

“Ini adalah konsolidasi budaya,” tegas Bupati Anas yang menyempatkan diri untuk menyapa para penari dan ribuan penonton Gandrung Sewu dari layanan face time, karena baru saja mendarat di Jakarta seusai menunaikan ibadah haji.

Konsolidasi budaya, lanjut Anas, adalah bagaimana mendorong pelestarian seni-budaya yang sempat terkesampingkan menjadi seni-budaya yang membanggakan semuanya.

“Saya yakin Banyuwangi tidak kesulitan meregenerasi para pelaku seninya. Festival Gandrung Sewu membuktikan itu. Ribuan anak dari seluruh Banyuwangi giat berlatih didukung orang tua dan para warga desanya. Ini partisipasi publik dalam mengembangkan seni-budaya dalam balutan pariwisata. Aspek seni-budayanya diraih, aspek ekonominya juga didapat melalui pariwisata,” ujar Bupati Anas.

Sementara itu, salah seorang penari di festival ini, Yuniar Trianingsih, tak bisa menyembunyikan kebanggaannya.

“Rasanya luar biasa ketika ribuan orang melihat saya menari. Ini pengalaman tak terlupakan dan menyemangati saya untuk selalu cinta seni-budaya Indonesia, khususnya Banyuwangi,” ujarnya kepada Kabarpas.com.

Yunita yang mengaku ingin menjadi penari profesional aktif di sanggar tari untuk melatih kepiawaian menari. “Seminggu dua kali latihan di Sanggar Tawang Alun,” tegas Pelajar kelas XI SMA Darus Sholah Singojuruh itu.

Berbagai festival seni-budaya dalam Banyuwangi Festival memang sukses membangkitkan gairah masyarakat membangun wadah kreativitas seni generasi muda. Dari data yang ada, pada tahun 2010 jumlah sanggar tari baru ada 13 buah. Namun pada 2014 jumlahnya berlipat menjadi 59. “Itu yang tercatat resmi di data kami, ditambah sangar sanggar kecil lain mungkin bisa mencapai 66 buah,” pungkasnya. (dik/gus).

Artikel ini telah dibaca 13 kali

Baca Lainnya

Cerdas Berdemo, Mahasiswa Harus Tingkatkan Reponsif Membaca dan Diskusi

27 September 2019 - 09:42 WIB

Tips Menambah Daya Ingat

19 Desember 2018 - 12:55 WIB

Inilah 5 Tips Aman Pencopet Saat Libur Lebaran

18 Juni 2018 - 16:15 WIB

Sungai Dayang, Potensi Wisata Kabupaten Pasuruan yang Belum Dilirik

1 April 2018 - 17:42 WIB

Liga Champions 2018 Babak 16 Besar Akan Dimulai Dini Hari Nanti

6 Maret 2018 - 19:43 WIB

Denting Waktu

7 Januari 2018 - 19:07 WIB

Trending di Teras