Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Pojokan · 2 Apr 2024

Merajut Mimpi Wujudkan Wisata Heritage Terintegrasi


Merajut Mimpi Wujudkan Wisata Heritage Terintegrasi Perbesar

Oleh: Shochibul Hujjah

KABARPAS.COM – SEBAGAI kota kecil yang terletak di jalur pantura Jawa Timur, Kota Pasuruan memiliki pesona tersendiri untuk diekplorasi. Pasalnya, banyak potensi yang masih tersimpan dan belum digali di kota berjuluk Madinah Van Java ini. Untuk itulah Pemerintah Kota (Pemkot) Pasuruan terus gencar melakukan berbagai inovasi guna merajut mimpi mewujudkan wisata heritage terintegrasi.

Dan apa yang dilakukan oleh Pemkot Pasuruan itu bukanlah tanpa alasan, mengingat Kota Pasuruan sendiri pernah menjadi karesidenan yang dikuasasi oleh Belanda.

Wali Kota Pasuruan, H. Saifullah Yusuf dalam rapat paripurna tentang penyampaian LKPJ 2023, di gedung DPRD Kota Pasuruan pada Rabu 13 Maret 2024 lalu menyampaikan, di tahun akhir kepemimpinannya bersama Wawali Kota Pasuruan, H. Adi Wibowo, pihaknya akan memberikan perhatian khusus terkait pengembangan wisata heritage terintegrasi yang ada di Kota Pasuruan.

“Di tahun ini ada beberapa hal yang menjadi perhatian khusus pemerintah Kota Pasuruan, salah satunya yaitu terkait pengembangan wisata heritage terintegrasi di Kota Pasuruan. Mulai dari pelayanan di Alun-alun dan pelabuhan, lalu kemudian di jalan Pahlawan sebagai bagian dari heritage. Selain itu kita juga akan mencoba mengembangkan destinasi-destinasi baru di Kota Pasuruan,” kata pria yang akrab disapa Gus Ipul tersebut.

Berdasarkan data yang dihimpun Kabarpas.com dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kota Pasuruan, disebutkan bahwa saat ini terdapat 16 bangunan bersejarah yang sudah tercatat statusnya sebagai cagar budaya sesuai surat keputusan (SK) Wali Kota Pasuruan tahun 2020 dan 2021.

Berikut SK Wali Kota Pasuruan pada tahun 2020 terdapat sejumlah bangunan berstatus cagar budaya yang sudah ditetapkan dan terbagi menjadi 3 kategori:
. Bangunan Cagar Budaya :

1. Gedung Pancasila
2. Gereja St. Antonius Padova
3. Gedung Woloe
4. Klentheng Tjoe Tik Kiong
5. Rumah/Hotel Daroes Salam
6. Gedung SMK Untung Suropati/Gedung Harmonie
7. Stasiun Kota Pasuruan
8. Markas Yon Zipur 10.

 

Kawasan Cagar Budaya:
1. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI)

Struktur Cagar Budaya:

1. Alun-alun Kota Pasuruan
2. Taman Kota Pasuruan

Sementara pada tahun 2021 Pemkot Pasuruan melalui SK Wali Kota Pasuruanjuga kembali menetapkan 5 bangunan sebagai CagarBudaya, di antaranya yaitu sebagai berikut:

1. Gedung SD Negeri Pekuncen Kota Pasuruan
2. Rumah Dinas Wakil Walikota Pasuruan
3. Gereja Protestan PNIEL Pasuruan
4. Gedung SMP Negeri 2 Kota Pasuruan
5. Batalyon Zipur 10 Kompi Bantuan Pasuruan.

Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Pasuruan, Agus Budi Darmawan mengungkapkan, dari 16 obyek yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, ada beberapa yang merupakan hak milik perseorangan atau swasta.

“Memang ada polemik, karena kita hanya bisa menemukan SK-nya namun secara histori kita kesulitan mencari pemiliknya,” katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan, sesuai amanah undang-undang no.11 tahun 2010 poin (1) disebutkan bahwa setiap orang dapat memiliki dan/atau menguasai benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, dan/atau situs cagar budaya dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan UU ini.

Selain itu, Agus juga menerangkan di dalam Permendikbudristek no. 36 tahun 2023 tentang penyelenggaraan registrasi nasional cagar budaya dalam bab II pasal 3 poin (1) juga disebutkan, bahwa setiap orang yang memiliki dan/atau menguasai ODCB (obyek diduga cagar budaya) wajib mendaftarkan kepada Bupati/Walikota tanpa dipungut biaya.

“Terkait pelestarian cagar budaya, itu bukan hanya kewajiban pemerintah tapi seluruh warga negara. Bahkan, di undang-undang yang baru disebutkan bahwa warga negara itu bisa melaporkan atau mendaftarkan sebuah bangunan yang diduga sebagai obyek cagar budaya tanpa persetujuan dari pemiliknya,” tandasnya.

Untuk bisa terus mengembangkan kawasan heritage harus melibatkan banyak pihak. Beberapa kota yang sudah lebih dahulu berkembang dengan kota pusakanya berhasil menggandeng investor. Hal inilah yang dilirik oleh pemkot Pasuruan.
Selain itu, Pemkot Pasuruan juga telah melakukan sejumlah event guna mengenalkan bangunan-bangunan cagar budaya. Seperti Pasoeroean Jaman Bijen (PJB), even musik hiburan mendatangkan artis ibukota di Gedung Harmonie, sejumlah lomba atau kegiatan sosial di Taman Kota Pasuruan, dan sejumlah event lainnya.

Tak hanya itu, Pemkot setempat melalui Disdikbud Kota Pasuruan juga telah menjadikan agenda rutin tahunan menggelar wisata pendidikan. Kegiatan ini merupakan bagian dari ikhtiar Pemkot Pasuruan dalam memperkenalkan wisata heritage sejak dini kepada para siswa, di mana para Siswa SD-SMP diajak berkeliling dan diperkenalkan 16 cagar budaya yang ada di Kota Pasuruan.

Sementara itu, mengenai pemanfaatan wisata heritage di jalan Pahlawan, Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Kota Pasuruan berencana akan menjadikan sepanjang jalan tersebut untuk Car Free Night (malam bebas kendaraan bermotor) termasuk sejumlah pertunjukan lain dengan melibatkan komunitas atau kelompok seniman.

“Rencananya akan dibuat semacam car free night, jadi malam ada kegiatan seperti musisi-musisi yang berasal dari para seniman. Dan itu bisa dikolaborasikan dengan beberapa OPD terkait,” ujar Kepala Disparpora Kota Pasuruan, melalui Kabid Pariwisata, Oktavia Pujilestari.

Apabila mengaca dari kawasan heritage kota lama di Kota Semarang, ternyata ada beberapa kesamaan antara Kota Semarang dengan Kota Pasuruan baik secara histori mengenai keberadaan bangunan bersejarah, pembangunan payung, termasuk titik Nol (0) kilometer yang menjadi satu kesatuan area atau wilayah.

Saat studi banding di kawasan Kota Lama Semarang pada 5-7 Maret 2024 lalu, tim media dan Dinas Kominfotik Kota Pasuruan ditunjukkan betapa indahnya wisata Heritage Kota Lama Semarang. Kawasan ini bahkan sudah memasuki tentative list untuk masuk menjadi Wordl Heritage Unesco. Bahkan, beberapa eventnya juga sudah masuk menjadi calender of event nasional dari Kemeterian Pariwisata dan Ekraf. Seperti event Festival Kota Lama.

Koordinator Sejarah dan Cagar Budaya pada Dinas Pariwisata Kota Semarang, Haryadi Dwi Prasetyo menuturkan beberapa poin penting sebagai motivasi Kota Pasuruan dalam mengembangkan wisata Heritage.

“Di Semarang ini sudah lama dibentuk BP2KL atau Badan Pengelola Kawasan Kota Lama. Kita dari Dinas Pariwisata bersinergi dengan BP2KL dalam mengembangkan dan mempromosikan wisata Kota Lama Semarang agar terus ramai wisatawan,” ujarnya.

Data yang didapat dari Disparta Kota Semarang menunjukkan adanya peningkatan kunjungan wisatawan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun. Misalnya pada 2016, kunjungan wisataan nusantara mencapai 4.605.570 orang. Sedangkan wisatawan mancanegara (turis) mencapai 55.265. Sehingga pada 2016 jumlah total kunjungan wisawatan mencapai 4.660.835.

Kemudian pada 2017, jumlah wisatawan baik lokal maupun turis meningkat menjadi 5.024.476. Lalu pada 2018, jumlah wisatawan lokal dan turis meningkat lagi menjadi 5.769.387. Dan puncaknya, pada 2019 atau sebelum tragedi Covid 19, jumlah wisatawan bisa mencapai 7.305.559.

Baru saat Covid pada 2020 dan 2021. Angka wisatawan menurun tajam menjadi 3.266.931 dan 2.663.761. Kemudian mulai bangkit kembali pada 2022 menjadi 5.343.151. Dan pada 2023, jumlah kunjungan wisatawan hampir pulih dengen menyentuh angka 6.492.875. Tapi untuk mendapatkan jumlah wisawatan itu tidak mudah. Butuh perjuangan ekstra,” imbuhnya.

Perjuangan ekstra yang dimaksud Hary tentu saat mengawali untuk mengubah Kota Lama. Mereka harus berjibaku untuk meyakinkan para pemilik bangunan swasta (perorangan) agar mau ditetapkan sebagai obyek Heritage. Selain itu, bersama BP2KL harus membangun kesadaran kepada seluruh elemen masyarakat bahwa Kota Lama harus berubah. Berubah menjadi lebih baik.

Salah satu pengamat sosial sekaligus budayawan asli Kota Pasuruan, Dr. Moch Syarif Hidayatullah, M.Hum menyebut bahwa dalam segi pembagunan Kota Pasuruan terus mengalami perubahan yang lebih baik dari sebelumnya.
Kendati demikian ia mengatakan bahwa kalau Probolinggo saja bisa dikenal sebagai kota mangga dan anggur, Jember dengan Jember Fashion Carnavl, atau Malang dengan apelnya, Sidoarjo dengan tas Tanggulanginnya, maka Pasuruan perlu menentukan produk andalannya. Dengan begitu, Pasuruan akan juga menjadi tempat tujuan belanja kuliner dan jajanan khas.
Menurutnya, jajanan Pasuruan tidak kalah khas dan tidak kalah enak dengan di tempat lain.

Hanya saja kurang promosi dan kemasannya masih tradisional. Dalam hal ini, langkah yang ditempuh produsen bipang dan tingting jahe di Pasuruan perlu juga diikuti oleh pembuat jajanan tradisional yang ada di Pasuruan. Pemerintah juga harus mendukung dengan membuat kebijakan yang pro pelaku usaha kecil dan menengah (UKM).

“Nah apabila semuanya itu dilibatkan jadi satu antara wisata heritage dan jajanan atau kuliner di Kota Pasuruan. Maka pastinya akan bisa meningkatkan perekonomian warga setempat. Juga pasti menambah pemasukan uang kas daerah melalui pajak,” terangnya.

REKOMENDASI UNTUK PEMKOT PASURUAN:

Apabila Kota Pasuruan mau belajar dari Semarang, ada banyak hal sederhana yang bisa ditiru atau dilakukan oleh Pemkot Pasuruan untuk mewujudkan wisata heritage terintegrasi tersebut, di antaranya dengan melibatkan peran serta masyarakat sekitar atau warga Kota Pasuruan untuk berjualan di lokasi-lokasi wisata, memberikan wadah bagi anak-anak muda di Kota Pasuruan untuk membuka jasa foto keliling di lokasi wisata heritage, kemudian bagi bapak-bapaknya bisa diberikan pekerjaan sebagai tukang ojek atau becak wisata.

Dan kalau bisa semua yang dilibatkan tersebut harus wajib ber-KTP Kota Pasuruan bukan dari daerah luar Kota Pasuruan. Karena rasa bangga dan kepemilikan Kota Pasuruan sebagai tempat tinggal pastinya yang asli ber KTP Kota Pasuruan bukan dari daerah lain.

Serta yang tak kalah penting lagi karena saat ini era medsos, maka tidak ada salahnya Pemkot Pasuruan juga melibatkan para influencer untuk terus mempromosikan semua potensi maupun destinasi wisata yang ada di Kota Pasuruan.

Selain itu, menurut penulis juga perlu adanya papan pengumuman atau media promosi apa saja yang bisa ditempatkan di beberapa sudut Kota Pasuruan. Di papan itu nantinya ditempel sebuah poster/banner yang berisikan even-event yang bakal digelar di lokasi heritage di wilayah setempat.

Sementara untuk pengembangan wisata heritage terintegrasi sendiri penulis mengusulkan adanya konsep yang lebih matang dan jelas. Di mana nantinya kalau bisa dilakukan pembagian kategori yaitu wisata edukasi dan wisata religi.

Dan saat ini yang sudah terbangun di Kota Pasuruan – bahkan mendekati sempurna adalah pengembangan wisata religi. Yakni dengan dibangunnya Payung Madinah. Lokasinya strategis. Berada di Alun-Alun Kota atau di dekat makam Almaghfurlah KH Abd Hamid.

Sedangkan wisata edukasi bisa merujuk pada museum yang dimiliki P3GI sebagai pusat penelitian gula tertua di Indonesia. Juga wisata edukasi sejarah pahlawan di Petilasan Untung Suropati dan edukasi di sarana pendidikan lainnya.
Menurut penulis apabila keduanya bisa diintergrasikan maka akan menjadi menarik bagi wisatawan untuk menikmati wisata heritage terintegrasi di Kota Pasuruan. (***).

Artikel ini telah dibaca 44 kali

Baca Lainnya

Makna Doa

10 Februari 2025 - 11:09

Jangan Ngaku Calon Pemimpin Kalau Belum Punya Tujuh Kebiasaan Ini!

3 Februari 2025 - 15:51

Makna Keluasan

25 Januari 2025 - 08:31

Makna Syukur

13 Januari 2025 - 08:41

Guru Demokratis, Guru Dinamis

30 Desember 2024 - 12:25

Makna Amal

28 Desember 2024 - 14:35

Trending di Kabar Terkini