Pasuruan (Kabarpas.com) – Mangga Gadung Klonal 21 asli Kabupaten Pasuruan dalam waktu dekat lagi akan masuk di pasar internasional, yakni Global Good Agricultural Practices (GAP).
Hal tersebut seperti yang ditegaskan oleh Kepala Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Pasuruan, Ichwan, saat ditanya perihal kesiapan Mangga Gadung Klonal 21 menuju pasar mancanegara.
Ichwan mengatakan, kalau saat ini seluruh proses untuk menuju Global GAP sudah dilewati, yakni penerapan sistem sertifikasi proses produksi pertanian yang menggunakan teknologi maju ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sehingga produk panen aman konsumsi, kesejahteraan pekerja diperhatikan dan usaha tani memberikan keuntungan ekonomi bagi petani.
“Saat ini hanya tinggal menunggu keputusan dari dunia internasional. Semua proses sudah terselesaikan, bai mulai dari teori hingga penerapan di lapangan,” kata Ichwan kepada Kabarpas.com saat ditemui di ruanga kerjanya. Kamis, (27/08/2015).
Dijelaskannya, kalau sampai saat ini pihaknya hanya tinggal melengkapi beberapa dokumen yang harus diperbaiki. Misalnya penjelasan tentang jumlah produksi mangga dalam satu tahun, teknik pemupukan, hingga ketentuan dalam hal memanen mangga yang tumbuh dan berkembang di Kecamatan Rembang dan Sukorejo tersebut.
“GAP merupakan salah satu Non-Tariff Barrier (NTB), yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 2000 atas bahan pangan segar (sayur dan buah) di Uni Eropa. Indonesia sejak 2003 telah memiliki ketentuan GAP Sayuran, dan telah diakui internasional sebagai INDOGAP (2004). Secara berangsur semua produk bahan pangan yang diperdagangkan secara global dipersyaratkan (voluntarily) memiliki sertifikat GAP. Oleh karenanya, mangga ini pun juga siap untuk mendunia,” terangnya kepada Kabarpas.com.
Seperti diketahui, kawasan tanaman mangga gadung klonal 21 di Kabupaten Pasuruan mulai berkembang sejak tahun 1994 melalui program Pembangunan Pertanian Rakyat Terpadu, dan sekarang berkembang sebanyak 2.250 Ha dengan jumlah tanaman 337.375 pohon didukung dengan pusat pemasaran lokal, regional, dan nasional.
Menurut Ichwan, pendekatan pengembangan agribis tanaman hortikultura mangga gadung klonal 21, berbasis kawasan, dengan harapan lebih efektif dalam pengembangan wilayah, sarana dan prasarana, cakupan areal yang lebih luas dalam rangka peningkatan produksi, produktivitas serta kualitas produk yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani.
“Seluruh program yang bermuara pada peningkatan kualitas mangga gadung klonal 21 akan terus dipertahankan hingga “cap” mangga gadung klonal 21 benar-benar meluas sampai mancanegara. Itulah yang menjadi target kami ke depan,” pungkasnya. (iim/uje).