Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Kabar Terkini · 13 Jan 2025

Makna Syukur


Makna Syukur Perbesar

Oleh: Dr. Karlina Helmanita, M.Ag.*

 

KABARPAS.COM – KATA syukur adalah kata benda, dalam kbbi berarti rasa terima kasih kepada Allah swt.

 

Makna syukur Ibnu Atha’illah seperti tuturannya berikut:

اِنْ كَانَتْ عَيْنُ اْلقَلْبِ تَنْظُرُ اَنَّ اللهَ وَاحِدٌ فِي مِنَّتِهِ فَالشَّرِيْعَةُ تَقْتَضِيْ اَنَّهُ لَا بُدَّ مِنْ شُكْرِ خَلِيْقَتِهِ.

 

In kaanat ‘ainul qalbi tanzhuru annallaaha waahidun fii minnatihi fasysyarii’atu taqtadhii annahu laa budda min syukri khaliiqatihi.

 

“Bila mata hati memandang hanya Allah yang memberi segala karuniaNya, maka syariat menyuruh berterima kasih kepada sesama makhlukNya.”

 

Makna sufistik ini menandakan adanya rasa syukur dari makhluk kepada sang khalikNya karena telah memberinya nikmat melalui tangan manusia. Maka sepantasnya manusia melihat bahwa nikmat tersebut semata-mata dari Allah yang nikmatnya selalu terberi dan tak bertepi. Namun, seringkali manusia lupa meletakkan rasa syukur itu, karena di saat ia menerima karuniaNya melalui perantara makhlukNya, Ia pun lupa bahkan berserah dan bersandar pada perantara yang memberinya karunia itu.

 

Orang yang memberi sesuatu dengan tangannya hanyalah manusia lemah dan sesungguhnya dikendalikan oleh TuhanNya, yang Mahabaik dan Mahakuasa. Karenanya, sepantasnya pula manusia memuji Tuhannya. Namun, manusia tetap diminta menjaga hubungan baik antar sesamanya dan dapat berterimakasih kepada orang yang menjadi perantara sang Khalik secara pantas dan tidak harus menjilat apalagi berbuat maksiat menyalahgunakan kepercayaan publik dalam genggaman yang fana.

 

Karenanya, makna sufistik kata syukur itu juga adalah pengakuan diri dalam hati tentang nikmat yang Allah berikan kepada manusia. Pengakuan itu tidak semata dinikmati pada diri sendiri, karena Rasulullah mengajak manusia untuk menerbarkannya kepada sesama.

 

Orang yang dapat bersyukur ia tidak kikir, ia akan membuka diri, membuka sakunya, menebar kebaikannya pada orang lain. Sebaliknya kikir dinamakan kufur, maknanya menutup. Menutup sakunya menahan kebaikan semestanya. Kalau orang yang bersyukur maka sedikit yang diterimanya dianggapnya banyak, dan banyak yang diberikannya, dianggapnya sedikit.

Teruslah bersyukur di saat sempit atau pun lapang.

 

Ibnu Atha’illah pun berpesan “siapa yang tidak mensyukuri nikmat, akan kehilangan nikmat itu. Siapa yang mensyukurinya, berarti ia telah mengikat nikmat itu dengan tali yang kuat.”

 

Semoga kita termasuk orang yang pandai bersyukur. Salam bersyukur untuk Semua.

 

Tulisan ini diikhtisarkan dan dimaknai dari kitab ALHIKAM Ibnu Atha’illah as-Sakandari (Syarh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi Al-Khalwati), terj.Iman Firdaus, untuk membangun komunitas pesantren “kekinian” dalam menyiapkan generasi unggul pengetahuan dan akhlak mulia. (***).

_______________________________________________________

*Penulis adalah dosen “membaca” teks-teks intra-interlingual Arab-Indonesia prodi Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus Founder Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia Tangerang Selatan.

Artikel ini telah dibaca 24 kali

Baca Lainnya

Acer forBusiness: Solusi Terintegrasi dan Layanan Komprehensif untuk Pertumbuhan Bisnis dari SMB hingga Enterprise 

6 Februari 2025 - 22:27

BPPKAD Berikan Sosialisasi Aplikasi Perpajakan Coretax

6 Februari 2025 - 14:43

Erni Daryanti Desak Pemerintah Perbaiki Tata Kelola LPG 3 Kg Secara Berkeadilan

6 Februari 2025 - 14:21

1.800 Nelayan di Kabupaten Pasuruan Terlindungi BPJS Ketenagakerjaan

6 Februari 2025 - 09:50

Walikota Pasuruan Serahkan Santunan BPJS Ketenagakerjaan Senilai Rp 177 Juta

6 Februari 2025 - 09:36

Putra Bungsu Khofifah Indar Parawansa Siap Maju sebagai Ketua PC Ansor Surabaya dengan Restu Ulama 

6 Februari 2025 - 08:52

Trending di KABAR NUSANTARA