Purworejo (Kabarpas.com) – DCF (15), salah satu siswi yang diduga menjadi korban pencabulan mengatakan, kalau kasus asusila yang menimpa dirinya dan kedelapan temannya itu, terjadi pada saat dirinya sedang mengikuti pelajaran di dalam kelas.
“Kemarin, (Senin (17/11/2014). Yakni, pada waktu pelajaran ke empat setelah istirahat siang. Saya dan teman-teman dipanggil ke ruang OSIS oleh guru BK untuk menemui pak Bambang,” ucap siswi berwajah kulit sawo matang tersebut, kepada Kabarpas.com saat ditemui di Mapolresta Pasuruan, Selasa (18/11/2014) siang.
Ia menambahkan, bahwa pada saat di ruang OSIS tersebut, ternyata ia dan kedelapan temannya itu disuruh mengikuti kegiatan hipnoterapi yang dilakukan oleh ketua komite berinisial “BH” tersebut. “Saat itu kami bersembilan tiba-tiba dihipnotis secara bergantian. Dan ketika dihipnotis mata saya rasanya nggak bisa melek. Tapi saya merasa ada tangan yang meraba-raba,” imbuhnya.
Hal senada juga dikatakan, RDD (15) yang mengaku mendapat perlakuan tidak senonoh oleh BH saat mengikuti kegiatan hipnoterapi. “Waktu itu saya disuruh menirukan perkataannya dengan mengatakan kata-kata seperti ini; semakin saya raba semakin naik daya rangsang kamu,” kata RDD menirukan ucapan BH saat memulai menghipnotisnya.
Ia mengaku, sudah dua kali mendapat perlakuan serupa. Yang pertama, saat mengikuti hipnoterapi bersama seorang temannya berinisial Dk di ruang kelas 9-C pada hari Kamis (13/11/2014) lalu. Kemudian yang kedua, yaitu dialami bersama delapan temannya yang lain di ruang OSIS pada Senin (17/11/2014) kemarin. “Saya sudah dua kali, yang pertama berdua sama Dk, yang kedua rame-rame,” imbuhnya.
Dia juga menuturkan, bahwa ketua komite sekolah itu juga pernah berpesan kepadanya bila sakit tidak perlu datang ke dokter, cukup dengan dihipnoterapi itu. Bahkan, dia kerap mendapat sms godaan dari BH tersebut.
Lebih lanjut, ia mengatakan, kalau kasus asusila yang menimpa dirinya dan teman-temannya itu, sudah ia aduhkan ke guru bimbingan konseling (BK). Namun, kemudian oleh guru BK perbuatan itu dilaporkan ke kepala sekolah. Sayangnya sama kepseknya itu tidak begitu ditanggapi. “Saya sudah cerita ke guru BK. Namun, tidak ada tanggapan sama sekali,” imbuhnya. (ajo/uje).