(Oleh: Haidar Hafeez)
KABARPAS.COM – MASIH terasa sejuk rohani memandang langgar kuno depan rumah kiyai mas Imam walau telah mengalami renovasi. Mulai dari kamar mandi hingga serambi depan yang telah di majukan. Kamar mandi dahulu dindingnya lepohan semen seperti jeding jeding kebanyakan ketika itu. Sama juga seperti yang aku tahu jeding kiyai Romly Njoso di Njoso peterongan juga demikian. Sebaliknya kini semua dinding lepohan semen telah di ganti keramik. Tak terkecuali jeding langgar kiyai mas Imam Pasuruan. Telah di ganti dengan keramik warna kombinasi hijau toska dan putih, menjadikan jeding dan kolam wudunya nampak jernih bersih. Namun demikian meskipun telah di pugar ruang-ruang langgar kiyai mas Imam, posisi jeding serta tinggi dan lebarnya tidak di rubah. Nampak dari jeding yang bersebelahan dengan sumur tua.
Langgar depan rumah kiyai mas Imam panggilan dari kiyai Imam Sibaweh. Rumah yang masih tidak sama sekali mengalami pemugaran. Rumah yang sengaja di pertahankan tinggi lebar serta keaslian bentuk rumah kiyai mas Imam. Semua berharap keberkahan lahir dari rindu untuk pulang. Saat menatap rumah masih asli bentuknya seperti dulu. Rumah yang senantiasa melahirkan rasa cinta pada sang sastrawan dan seniman. Bagi siapa saja yang sowan masuk rumah kiyai mas Imam. Kiyai mas Imam alam ismi atau nama lahirnya adalah imam Muslim. Lalu metafora menjadi Imam Sibaweh. Sebab Imam Muslim telah di anggap seperti Imam Sibaweh oleh kiyai sepuh Gentong julukan atau alam lakob dari kiyai Ghofur sang guru. Malam ini haul ke empat puluh, sama dengan empat puluh tahun silam wafat kiyai mas Imam. Tepatnya pada tahun 1984. Tak jauh dari tahun wafat romoyai Hamid Abduloh Umar, tahun 1982, Romo yai Hamid juga kiyai mas Imam di kebumikan di depan paimaman masjid jamik Al anwar kota Pasuruan.
Begitulah sekilas kisah dari gus Imam Sibaweh bin Nazif bin Imam Sibaweh sang cucu saat menemui tamu di teras rumah kiyai mas Imam Sibaweh sang kakek. Gus Baweh bercerita tentang sang kiyai mas Imam Sibaweh kakek sambil menikmati kopi bersama para peserta terbangan Ishari. Dalam rangka memperingati hari wafat kiyai mas Imam Sibaweh al-ula. Masih kata Sibaweh as-sani, saat sang kakek wafat, dia masih ada dalam kandungan bunda. Sang ayah Imam Sibaweh as-sani yaitu kiyai mas Nazif bernazar bila lahir lelaki akan di beri nama Imam Sibaweh. Alhamdulilah terlahir lelaki dan bayi itu kini menjadi imam Sibaweh assani yang hingga kini masih gigih menyuarakan bait bait sanjungan kepada sang nabi sebagaimana sang kakek Mbah mas Imam Sibaweh.
Seperti biasa Gus Ud berkunjung ke rumah kiyai mas Imam, Gus Ud langsung menuju dapur rumah kiyai mas Imam. Gus ud langsung minta piring seng. Mana piring sengnya. Oh iya masih ada didalam kora-kora-an. Mbah nyai imam segera mengambil piring senga yang masih ada pada rendaman air kora-koraan di kemaron dekat gentong penyimpan air. Gayung tempurung kelapa bergagang belahan bongkot bambu ori yang bertahta pada paku menancap di dinding dapur kecil dan bersih Mbah nyai imam. Di raih Mbah nyai imam guna membilas Pring seng. Mana piring sengnya, piring, piring, piring terbang, terbang, piring terbang. Gus ud terus meminta piring seng.Tergopoh gopoh Mbah nyai imam. Sebentar Gus masih saya cuci. Iya cepat piring terbangnya. Sergah Gus ud . Mbah nyai imam lalu mengelap kering dengan serbet yang ada di pintu dapur. Ini Gus Ud piringnya. Mana terbangnya. Piringnya mana terbang. Kata Gus Ud. Ini Gus. Mbah nyai imam memberikan piring seng yang telah di cuci bersih lalu di keringkan kepada Gus Ud. Gus ud yang asyik ngobrol di dapur bersama kiyai mas Imam. Oh iya terima kasih. Jawab Gus Ud kepada Mbah nyai imam. Gus Ud sudah tidak betah untuk memainkan piring terbang, piring yang disepertikan terbang oleh Gus Ud. Mbah yai Imam melantunkan muhud mahalul kiyam dari awal hingga akhir. Duet bersama Gus Ud.*
Arrumuz 20624. (***).
——————————————————————
*Haidar Hafeez atau yang akrab disapa Gus Haidar merupakan sastrawan pesantren asal Pasuruan. Ia dikenal banyak aktif di berbagai kegiatan sosial keagamaan dan sastra. Sehingga atas kiprahnya itulah ia meraih penghargaan Kabarpas Awards 2017. Selain itu pendiri Pesantren Serbuk Sholawat dan pencetus Arrumuz ini juga kerapkali tampil membacakan puisi di stasiun TV9.