Oleh : Shochibul Hujjah, Grati
(Kabarpas.com) – SUARA desing peluru terdengar cukup keras dan bersahut-sahutan. Suara itu berasal dari sebuah area lapangan latihan tembak Makolatmar Grati, Kabupaten Pasuruan. Selasa, (10/03/2015).
Siang itu, puluhan pewarta yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Perwakilan Pasuruan, diberi kesempatan oleh pihak Makolatmar Grati untuk menjajal pistol laras pendek berjenis Five-seven (FN) kaliber 9.
Namun, apa jadinya bila wartawan yang sehari-hari biasanya memegang kamera maupun kertas dan pena ini “dipaksa” memegang senjata api untuk menembak. Akibatnya ada beberapa diantara mereka ini, tampak gugup sampai bercucuran keringat saat meletuskan timah panas untuk membidik sasaran.
Peristiwa yang jarang sekali ditemui ini terjadi, saat pihak dari Markas Komando Latih Marinir (Makolatmar) Grati mengajak para awak media dalam latihan menembak bersama, di lapangan latihan tembak dengan luas sekitar hampir satu hektar tersebut.
“TNI dan wartawan adalah mitra. Sehingga tujuan digelarnya kegiatan ini ialah selain bersilaturrahim antara wartawan dengan kami, juga sekaligus untuk pengenalan dan penggunaan senjata kepada para wartawan,” ujar Pasi Intel Makolatmar Grati, Letkol Hadi Purnomo, “
Sebelum latihan menembak dimulai, para wartawan yang biasanya meliput berita di wilayah Pasuruan dan sekitarnya ini, terlebih dulu diberi arahan menggunakan pistol dengan benar dan aman oleh beberapa orang anggota TNI marinir yang saat itu diberi tugas sebagai instruktur.
Tampak sejumlah pewarta dari berbagai media ini begitu antusias menyimak penjelasan yang disampaikan oleh beberapa orang instruktur, yang kala itu dengan telaten memberikan arahan kepada para insan pers tersebut.
Seusai diberi arahan, satu persatu pewarta ini diberi kesempatan untuk menjajal pistol laras pendek jenis FN keluaran Swedia keluaran tahun 1960-an itu. Nah, di sinilah terlihat kekikukan para wartawan. Mereka tampak canggung saat mulai memegang, membidikan, dan meletuskan senjata api ke sasaran.
Akibatnya dari beberapa butir peluru, rata-rata paling banter hanya dua hingga empat butir peluru saja yang mendarat di sasaran. Itupun masih jauh dari target berupa lingkaran hitam yang ada di tengah.
Tuji Hartono (38), salah satu kontributor wartawan TV nasional mengaku senang karena bisa mengenal lebih detail tata cara memegang dan merakit pistol FN itu, hingga cara menembak sasaran dengan benar.
“Seneng sekali, tapi ya gitu, ternyata menembak itu susah dan melelahkan,” kata pria yang baru saja terpilih menjadi anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kota Pasuruan, saat diwawancarai Kabarpas.com seusai menjajal pistol jenis FN tersebut.
Meski begitu, pria yang hobi bermain catur ini tak pernah mengira, kalau dalam latihan menembak bersama tersebut, dirinya memperoleh poin tertinggi sebagai wartawan yang paling banyak menembak dengan tepat sasaran.
“Perlu konsentrasi, waspada, serta fisik yang prima agar peluru yang ditembakkan itu bisa tepat pada sasaran. Dan saya baru pertama kali ini menjajal pistol sungguhan untuk menembak. Ehh ternyata ada beberapa butir peluru yang tepat sasaran,” pungkasnya sembari tersenyum. (***).