Oleh: Haidar Hafeez
KABARPAS.COM – SEJAK sore hujan turun lebat disertai angin kencang. Berakibat banyak pohon tumbang di terpa angin kencang disertai hujan lebat. Angin seperti mengkabarkan pada bumi tak lama lagi hujan turun lebat. Saking kencang dan lebat hujan turun. Genting dan bahkan beberapa rumah terbuat dari kayu jati beratap genting. Roboh di telan angin kencang dan hujan lebat. Rumah joglo milik mbah Karimah berdinding kayu jati beratap genting. Seperti benteng pertahanan menghadapi serangan musuh. Rumah rumah joglo yang umpaknya kokoh tempat aman berteduh dari tiupan angin dan guyuran hujan. Saat magrib tiba sebagian ada yang hanya takjil segelas kolak lalu sembahyang jamaah di masjid Kembang Kuning. Selepas wiritan bergegas pulang berbuka puasa sunah hari kamis.
Tak lama kemudian azan isya yang di kumandangkan Mahrujen dari atas menara setinggi rumah lantai tiga. Seuara azan menyapa malam yang terus bergerak menuju tengah malam. Jam dinding merek Jonghan dan jam berdiri berkalung rantai merek sama. Jarum pendeknya menunjuk pada angka enam. Sedang jarum panjang yang bergerak pada menit menit ada di angka tiga puluh. Atau saat jarum jam tinggi kurus berputar enam puluh kali ketukan di kali tiga puluh serupa berputar seribu delapan ratus kali. Azan menggema di angkasa yang malam itu gelap banget sebab rembulan telah selesai menunaikan janji purnama. Kembang Kuning desa yang tak jauh dari Surabaya berdiri masjid berdekatan dengan kuburan Cina. Tidak semua desa memiliki masjid sebab untuk mendirikannya harus seizin Belanda.
Malam itu sehabis jemaah isya hujan baru reda dibaan segera di mulai para jamaah isya membuat formasi melingkar dan Toha segera mengambil kitab diba di lemari kecil dekatvpintu masuk masjid sementara Kasemin dan Mustajap mengambil terbang. Toha memimpin dibaan saban malam Jumat di masjid Kembang Kuning lakod ja-akum rosulum seperti biasa di daras Toha setelah sebelumnya dia pimpin yarosulalloh sambil di iringi terbang oleh Kasemin dan Mustajap. Sementara yang lain menjawab bersama sama nyanyian puji puji kepada nabi. Mbah Karimah yang ada di ruang sebelah selatan masjid Kembang Kuning malam ini tidak mencium kehadiran Baginda Rasul di dalam masjid. Dalam gumamnya Mbah Karimah mengatakan. Kok tak seperti biasanya. Tumben nabi tidak hadir. Setelah di runut ternyata tamu yang ternyata Belanda yang sedang mengawasi kegiatan kaum pribumi saat srakalan berlangsung berjumpa dengan nabi.
Arrumuz 14724. (***).