Jakarta (Kabarpas.com) – Mungkin tidak semua orang tahu, bahwa tradisi orang Jawa yang biasanya menyuguhkan menu makanan untuk keluarga sendiri, ataupun para tamu dalam momen tertentu. Ternyata memiliki makna atau filosofi tersendiri dalam kehidupan kita sehari-hari.
Seperti yang dilansir dari situs datdut.com terdapat sebuah artikel. Yakni, mengenai 5 jenis menu makanan tradisi Jawa yang memiliki filosofi tersendiri.
1. KUPAT (Kongkon ngaku lepat)
Kongkon ngaku lepat memiliki arti disuruh untuk mengakui kesalahan. Jadi, jangan menganggap dirinya selalu benar dan jangan gampang menilai orang lain selalu salah. Setiap manusia pasti mempunyai kesalahan yang ada dalam dirinya masing-masing. Jika kita menjadi orang baik dan benar, janganlah merasa diri paling baik sendiri, apalagi sombong dan ingin memamerkannya kepada orang lain.
2. LEPET (Eleke disimpen seng rapet)
Arti akronim dalam bahasa Jawa di atas adalah kejelekannya harap disembunyikan rapat-rapat. Jika kita berbuat kesalahan dan aib, sebaiknya jangan disebarkan kepada orang lain dan langsung bertobat kepada Allah SWT. Apalagi, menampakkan kejelekan seseorang kepada orang lain. Itu ghibah. Padahal, dosa berbuat ghibah sama dengan makan bangkai orang yang kita bicarakan keburukannya(QS. Al Hujurat: 12).
3. SANTEN (Seng salah nyuwun ngapunten)
Seng salah nyuwun ngapunten berarti yang salah harap minta maaf. Jika kita mempunyai kesalahan terhadap orang lain, alangkah baiknya kita langsung meminta maaf kepadanya. Jangan sampai menundanya. Hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak di akhirat nanti dan kita lalai meminta maaf kepadanya.
4. APEM (Afwun)
Kata apem merupakan serapan dari kata afwun yang berarti meminta maaf kepada Allah SWT. Hal tersebut dapat kita lakukan dengan cara betobat kepada-Nya dan meminta maaf kepada sesama manusia dengan cara bermaaf-maafan atau silaurrahim seperti biasanya.
5. KOLEK (isine gedang, nangka, bolet, kacang ijo polo pendem)
Isi kolek biasanya terdiri dari pisang, nangka, singkong, kacang hijau dijadikan satu dalam mangkok. Ini merupakan perumpamaan bahwa semua manusia pasti akan mati dan juga dipendem (dikubur). Oleh karena itu, jika kita mempunyai amalan atau perbuatan yang baik maka tingkatkanlah kebaikan tersebut.
Di sisi lain, jika kita mempunyai kesalahan, segeralah bertobat kepada Allah sebelum datang kematian atau ajal menjemput kita. Semua amalan kita di dalam kubur nanti akan terputus kecuali sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, dan anak soleh yang selalu mendoakan kedua orang tuannya. (ddt/sym).