Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

KABAR NUSANTARA · 27 Jan 2025

Harga Minyak WTI Berpotensi Turun Usai Pelantikan Presiden Trump


Harga Minyak WTI Berpotensi Turun Usai Pelantikan Presiden Trump Perbesar

Jakarta, kabarpas.com – Setelah Presiden AS Donald Trump dilantik untuk masa jabatan keduanya, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun. Trump menyatakan keinginan untuk mengumumkan keadaan darurat energi nasional, yang mencakup pengisian cadangan energi strategis AS dan ekspor energi ke seluruh dunia. Terlepas dari janji Trump untuk meningkatkan sektor energi, ketidakpastian ini membuat pasar minyak menjadi lebih negatif.

Menurut analisis dari Andy Nugraha, Analisi Dupoin Indonesia, kombinasi indikator candlestick dan Moving Average menunjukkan adanya pembentukan tren bearish yang semakin kuat pada harga WTI. Proyeksi harga untuk hari ini, memperkirakan kemungkinan penurunan harga WTI hingga mencapai $72.8 per barel. Namun, jika harga gagal mencapai level tersebut dan terjadi rebound, ada potensi harga naik kembali menuju $79.3 sebagai target terdekat.

Seiring dengan perkembangan tersebut, harga minyak mentah berjangka WTI mengalami penurunan sebesar $1,30, atau 1,7%, menjadi $76,58 per barel pada hari Selasa (21/1). Kontrak WTI untuk pengiriman Maret juga turun 91 sen, atau 1,2%, menjadi $76,48. Sementara itu, dengan adanya libur nasional di AS, tidak ada penyelesaian untuk kontrak WTI pada hari tersebut.

Selain faktor domestik, kebijakan luar negeri AS juga berpotensi mempengaruhi pasar minyak. Trump yang berjanji untuk meningkatkan produksi energi domestik dengan mempercepat izin proyek minyak dan gas, terutama di Alaska, dapat berdampak pada pasokan global. Kebijakan ini berpotensi memperketat pasar energi dalam jangka panjang, meskipun beberapa kebijakan tersebut mungkin memerlukan waktu untuk diimplementasikan.

Dalam situasi global, ketegangan yang lebih rendah di Timur Tengah juga berkontribusi pada penurunan harga minyak. Perdagangan sandera antara Hamas dan Israel menandai terjadinya gencatan senjata pertama setelah 15 bulan perang, yang berpotensi meredakan ketegangan dan meningkatkan kestabilan pasar energi.

Di sisi lain, kebijakan baru Trump, yang termasuk pengakhiran moratorium ekspor LNG, bisa memberi dampak jangka panjang terhadap suplai energi global. Sanksi-sanksi baru yang mungkin diterapkan terhadap Rusia juga dapat memangkas pasokan global sekitar 1 juta barel per hari, namun proyeksi harga jangka pendek dapat dipengaruhi oleh langkah-langkah kebijakan yang lebih luas dari pemerintah AS.

Secara keseluruhan, pasar minyak saat ini tampak menghadapi banyak faktor yang saling bertentangan. Jika Trump berhasil mewujudkan kebijakan energinya secara cepat, itu bisa memberi dampak signifikan pada harga minyak dalam jangka panjang, meskipun potensi penurunan harga dalam jangka pendek tetap ada. (vri/ian).

Artikel ini telah dibaca 24 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Libur Panjang Waisak, KAI Daop 8 Surabaya Tambah Perjalanan KA dari Stasiun Malang

9 Mei 2025 - 11:17

Sukses Digelar, KADIN Indonesia Trading House Gelar Exporter Meet Up Perdana untuk Dorong Ekspansi Pasar Global

9 Mei 2025 - 11:05

Maknai 37 Tahun Berkarya, Lintasarta Perkuat Peran sebagai AI Factory dan Pemimpin Transformasi Digital Indonesia

9 Mei 2025 - 09:50

Kashmir: Lembah Indah yang Mengisahkan Luka Warga Sipil

9 Mei 2025 - 09:12

Tingkatkan Keselamatan di Perlintasan, Kendaran Roda 4 Dilarang Melintasi Perlintasan Jl Pahlawan, Lamongan

9 Mei 2025 - 08:38

Dorong Keterlibatan Brand, LindungiHutan Permudah Akses Kolaborasi Hijau

9 Mei 2025 - 08:38

Trending di KABAR NUSANTARA