Jember, Kabarpas.com – Pemerintah Kabupaten Jember kembali menyalakan mesin ekonomi rakyat lewat program baru bertajuk Gerobak Cinta (Gerobak dan Rombong Bantuan Cipta Tangguh). Program yang dikelola Dinas Koperasi dan Usaha Mikro ini dirancang sebagai langkah nyata pemerintah dalam memperkuat pelaku UMKM, pedagang kaki lima (PKL), hingga mlijo yang menjadi penggerak utama ekonomi harian masyarakat.
Tak sekadar membagikan gerobak baru, program ini menghadirkan sarana niaga yang lebih modern dan fungsional. Setiap gerobak dilengkapi cooler box untuk menjaga kesegaran bahan pangan seperti ikan, ayam, dan daging. Teknologi sederhana tersebut diharapkan dapat mengurangi kerugian akibat barang rusak serta meningkatkan omzet pedagang hingga 20 persen per hari.
Sartini, Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Jember menjelaskan, Gerobak Cinta bukan program bantuan biasa, tetapi bagian dari strategi ekonomi berbasis pemberdayaan berkelanjutan. Program ini menggabungkan unsur kesejahteraan, kebersihan kota, dan peningkatan daya saing pedagang kecil agar tetap eksis di tengah kompetisi usaha yang makin terbuka.
Data menunjukkan, sektor perdagangan besar dan eceran menyumbang 14,82 persen terhadap PDRB Jember tahun 2024. Namun di lapangan, banyak pelaku usaha mikro masih terkendala modal, fasilitas usaha yang terbatas, serta fluktuasi harga yang tidak menentu. Melalui Gerobak Cinta, pemerintah berupaya menjembatani kesenjangan tersebut dengan pendekatan yang langsung menyentuh kebutuhan dasar pedagang.
Program ini berbasis Data Tunggal Sensus Ekonomi Nasional (DTSEN) sesuai Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2025. Dari total 2.800 data awal, sebanyak 1.282 pelaku usaha kecil ditetapkan sebagai penerima manfaat, sebagian besar berasal dari keluarga berpenghasilan rendah (desil 1–5).
Dengan asumsi peningkatan omzet rata-rata 15–20 persen per hari, maka program ini diprediksi memicu perputaran ekonomi tambahan hingga Rp1,2 miliar per bulan di sektor mikro. Efek lanjutannya diharapkan memperkuat konsumsi rumah tangga dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga di wilayah perkotaan maupun pinggiran.
Tahap awal program menggelontorkan anggaran Rp12,5 miliar, difokuskan untuk kawasan pusat kota. Selain membantu pedagang, langkah ini juga bagian dari penataan PKL dan revitalisasi ruang publik agar wajah kota lebih tertib, bersih, dan ramah bagi pengunjung.
Bupati Jember Muhammad Fawait menegaskan arah pembangunan ekonomi Jember kini bertumpu pada tiga poros utama yaitu penguatan ekonomi mikro, peningkatan daya saing UMKM, dan penciptaan ekosistem usaha inklusif berkelanjutan.
“Kita ingin wajah kota hidup, PKL tertata, UMKM kuat, dan masyarakat sejahtera,” ujar Fawait.
Ia menambahkan, setiap gerobak membawa harapan keluarga di baliknya. Karena itu, program ini bukan sekadar penyediaan alat dagang, tetapi juga simbol keberpihakan pemerintah kepada ekonomi rakyat.
“Di balik rombong sederhana itu ada keluarga yang menggantungkan hidup. Gerobak Cinta adalah wujud kasih pemerintah untuk rakyatnya,” tegasnya.
Ke depan, program ini tidak berhenti di tahap distribusi alat. Pemerintah akan melengkapinya dengan pelatihan keterampilan usaha, akses permodalan, dan digitalisasi pemasaran agar pelaku UMKM benar-benar naik kelas.
Dengan langkah konkret tersebut, Pemerintah Kabupaten Jember menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun 2025 di kisaran 5,3–5,5 persen, sekaligus memperkuat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan daya tahan ekonomi keluarga di daerah.
Gerobak boleh sederhana, tetapi semangat di baliknya adalah besar yakni menghidupkan ekonomi rakyat, dari trotoar hingga pasar, dari pinggir jalan menuju kemandirian. (dan/ian).


















