Probolinggo, Kabarpas.com – Dinas Pertanian (Diperta) Kabupaten Probolinggo menggelar bimbingan teknis (bimtek) peningkatan kualitas bahan baku tembakau melalui Good Handling Practices (GHP) di Ridho Resort Desa Krejengan Kecamatan Krejengan.
Kegiatan yang dibuka oleh Pelaksana (Plt) Kepala Diperta Kabupaten Probolinggo Susilo Isnadi ini diikuti oleh 100 orang petani/buruh tani dari 14 kecamatan potensi tembakau di Kabupaten Probolinggo yang dilaksanakan selama 2 hari dengan peserta 50 orang per hari.
Hari pertama diikuti petani dari 7 kecamatan meliputi Paiton, Kotaanyar, Pakuniran, Gadung, Krejengan, Besuk dan Kraksaan serta hari kedua diikuti petani 7 kecamatan meliputi Pajarakan, Maron, Kuripan, Bantaran, Wonomerto, Lumbang dan Sukapura. Mereka didampingi oleh JF Penyuluh Pertanian Ahli Muda Diperta Kabupaten Probolinggo Febti Suryani dan 14 Koordinator PPL.
Selama kegiatan mereka mendapatkan materi exciting luas panen tembakau di Kabupaten Probolinggo dan permasalahannya, pengenalan dan pemanfaatan Sistem Resi Gudang (SRG), potensi serapan tembakau Paiton serta penanganan panen dan pasca panen tembakau oleh Kepala Bidang Sarana, Penyuluhan dan Pengendalian Pertanian Diperta Kabupaten Probolinggo Faiq El Himmah, Pengelola Gudang Sistem Resi Gudang Prabowo, Mitra Djarum Muhammad Arif serta Ketua Asosiasi Petani Tembakau (APTI) Kabupaten Probolinggo Mudzakkir.
Kepala Bidang Sarana, Penyuluhan dan Pengendalian Pertanian Diperta Kabupaten Probolinggo Faiq El Himmah menyampaikan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas dan petani/buruh tani tembakau dalam hal penanganan panen dan pasca panen tembakau agar kualitas tembakau yang dihasilkan petani sesuai dengan standar pasar/pabrikan sehingga mampu mengurangi kerugian petani tembakau dan meningkatkan nilai jual tembakau yang dihasilkannya. “Manfaatnya meningkatkan kualitas dan keamanan produk, meminimalkan kerugian pasca panen dan meningkatkan daya saing produk di pasar,” ungkapnya.
Menurut Faiq, permasalahan agribisnis tembakau belum sesuainya mutu, jumlah dan harga tembakau; belum dilaksanakannya Good Agriculture Practices (GAP) dan GHP dengan baik; transfer teknologi ke Tingkat petani belum optimal serta belum optimalnya kemitraan usaha antara petani dengan Perusahaan pengelola/pabrik rokok.
“Selain itu, belum semua petani memperhatikan informasi perubahan iklim dan cuaca; perencanaan produksi oleh pabrik rokok belum sesuai dengan luas areal yang ditanam oleh petani; petani masih sulit mengakses dana/kredit berbunga rendah baik untuk modal kerja/usaha tani maupun untuk dana investasi seperti alih teknologi alat serta rantai pemasaran masih relatif panjang terutama usaha tani tembakau tanpa kemitraan,” jelasnya.
Sementara Plt Kepala Diperta Kabupaten Probolinggo Susilo Isnadi mengatakan tembakau merupakan salah satu komoditas unggulan Kabupaten Probolinggoo. Pada tahun 2023, luas areal tanam tembakau Paiton VO seluas 10.392 hektar dengan total produksi 15.841,65 ton. Sedangkan luas areal tanam tembakau Jawa seluas 1.120 hektar dengan total produksi 583 ton dan untuk luas areal tanam tembakau Kasturi seluas 47 hektar dengan total produksi 51,70 ton.
“Permasalahan utama pada usaha tani tembakau selain budidaya adalah pemasaran. Pemasaran tembakau (terutama tembakau Paiton VO) sangat dipengaruhi oleh kebutuhan industri rokok baik kuantitas maupun kualitasnya. Perlu adanya penanganan pasca panen tembakau yang baik agar dapat memenuhi standar pabrikan pada saat musim hujan,” katanya. (len/ari).