Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

Pojokan · 16 Nov 2014 22:29 WIB ·

Dinasti Politik Pasuruan


Dinasti Politik Pasuruan Perbesar

Oleh Dr. Moch. Syarif Hidayatullah (Cendekiawan Pasuruan)

Belakangan Kota Pasuruan kerap menjadi bahan pemberitaan media massa nasional. Bukan soal prestasi Kota Seribu Santri ini, tapi soal dinasti politik yang menjadi sorotan para media.

Dinasti politik di Kota Pasuruan sepertinya telah menjadi fenomena yang menarik untuk diberitakan, setelah dinasti politik Ratu Atut (mantan Gubernur Banten) sedikit demi sedikit kehilangan tajinya. Dinasti politik Banten ini sempat ramai diberitakan lantaran menguasai hampir semua sektor politik di Banten, mulai level tingkat II hingga tingkat I, bahkan mungkin tingkat nasional terkait anggota DPR RI asal Banten.

Memang dinasti politik di Kota Pasuruan belum sampai pada level itu, tetapi terpilihnya putra Wali Kota Pasuruan sebagai Ketua DPRD kota setempat, sudah cukup menjadi sinyal tumbuhnya dinasti politik di Kota Pasuruan, apalagi dengan terpilihnya beberapa anggota keluarga Pak Wali Kota sebagai anggota DPRD. Ini belum lagi memasukkan pergunjingan di Pasuruan soal sepak terjang keluarga Pak Wali Kota di sektor publik lainnya.

Sebetulnya tak ada yang salah dengan dinasti politik itu sendiri. Apalagi bila tak ada aturan konstitusi yang dilanggar. Ia sah secara hukum apabila kekuasaan atau jabatannya, dicapai dengan cara-cara yang konstitusional.

Namun, politik perlu fatsoen. Ia tak hanya bicara soal sah atau tidak sah, tapi juga soal pantas atau tidak pantas. Ibarat salat, bisa saja seorang sah secara fikih, tapi soal adab di hadapan Allah atau di hadapan masyarakat justru mengurangi makna dan hakikat salatnya.

Sebagai contoh, imam yang salat dengan memakai celana pendek pas di bawah dengkul dan menggunakan kaos bola. Ia sah secara fikih sebagai imam, tapi etika di hadapan Allah, juga etika sosialnya pun, patut dipertanyakan. Mungkin juga hal itu telah mencederai makna salatnya dan posisinya sebagai imam.

Menjelang Pilwalkot tahun depan, tentu akan banyak yang berkepentingan dengan isu ini. Selain Pak Wali, tentu rival politik dan kompetitornya di Pilwalkot akan menggoreng isu.

Saya pribadi tak ada kepentingan dengan menuliskan soal dinasti politik ini. Saya hanya ingin kota di mana saya dilahirkan, diurus dengan benar dan dengan cara yang ihsan. Saya tak begitu peduli siapa pun yang menjadi Walikota. Yang saya pedulikan adalah Kota Pasuruan dapat segera berlari mengejar banyak ketertinggalan dari kota-kota lain di sekitarnya.

Semoga Pak Wali yang terpilih nanti bisa mewujudkan harapan saya tersebut, juga harapan masyarakat Pasuruan lainnya, agar kita bangga pernah lahir, dibesarkan, dan hidup di Kota Pasuruan. Amin.

 

 

Artikel ini telah dibaca 12 kali

Baca Lainnya

Politik Uang & Dampaknya Bagi Kualitas PEMILU

9 Oktober 2023 - 05:19 WIB

Wisata Integritas Berbasis Ekonomi Hijau

31 Mei 2023 - 06:50 WIB

Semua Profesi Ada Resikonya…

15 Mei 2023 - 11:42 WIB

UKM : Tiada Hari Tanpa Promosi…

11 Mei 2023 - 07:43 WIB

Ujian Bagi UKM : Diremehkan Orang (Bagian-4 Habis)

8 Mei 2023 - 11:14 WIB

Bisnis Itu Harus Ada Konsepnya…..

7 Mei 2023 - 08:34 WIB

Trending di Pojokan