Oleh: Divi
Kala itu…
Kau menemukanku lebih dulu
Di saat waktu terpuruk ku
Meski awalnya aku mengabaikanmu
Kau menyanjungku
Katamu suaraku merdu
Bagiku kamu pun begitu
Suaramu menyiratkan wibawamu
Detak jam berjalan teratur
Seiring ketenangan dalam jiwaku
Karena nasehat dan tutur katamu
Tanpa sadar kau mulai memasuki pintu
Dibalik pintu yang penuh luka
Hati yang masih berdarah
Kau berjalan perlahan
Dan menutup sobekan-sobekan luka
Dengan caramu yang tenang
Melatih jiwaku yang tak sabar
Memutuskan sabar dalam penantian
Tenang meski hati kesepian
Dimana…kemana…
Kamu pergi mengunci hatiku rapat
Setelah aku yang salah
Karena membuatmu kecewa
Maaf…berulang kali ku ucapkan
Tapi kamu sungguh menghilang
Meski jejakmu ada
Tetap tak bisa ku baca
Aku lelah mengejarmu
Berlarian mengharapkan perhatianmu
Hingga tak satu hurufpun muncul
Membalas chatku yang beruntun
Kehilanganmu membuatku paham
Artinya merasa kehilangan
Artinya bertepuk sebelah tangan
Cinta yang kau tanam tumbuh liar menjalar
Kadang menyejukkan
Kadang menyesakkan
Kuputuskan dalam penantian
Aku sudah tak berdaya akan cinta
Biarlah tumbuh atau mati dengan sendirinya
Namun aku masih berharap kau datang
Membawa kunci hatiku dan membukanya
Lalu senantiasa kau sirami cinta
Hingga tumbuh dan terlihat indah
Menghias hatiku yang membekas luka
___________________________________
*Setiap Minggu Kabarpas.com memuat rubrik khusus “Nyastra”. Bagi Anda yang memiliki karya sastra, baik berupa cerita bersambung (cerbung), cerpen maupun puisi. Bisa dikirim langsung ke email kami: redaksikabarpas@gmail.com.