Pasuruan (Kabarpas.com) – Siapa yang tak ketagihan dengan manisnya rasa Mangga Gadung Klonal 21 asli Kabupaten Pasuruan? Hampir semua penyuka mangga pasti pernah merasakan nikmatnya mangga yang satu ini, terlebih langsung memetik sendiri dari pohonnya.
Di Kabupaten Pasuruan sendiri, Mangga Gadung Klonal 21 tersebar di Kecamatan Rembang dan Sukorejo. Dari kedua wilayah tersebut, mangga gadung klonal 21 paling berkembang di Kecamatan Rembang hingga mencapai 1208 hektar.
Salah satu tempat yang bisa dikunjungi adalah perkebunan mangga gadung klonal 21 milik Sutomo (65), yang terletak di Dusun Watulunyu, Desa Oro-Oro Ombo Kulon, Kecamatan Rembang, kabupaten setempat.
Di areal seluas 1,5 hektar tersebut, para pengunjung bisa bebas memilih mangga mana yang akan dibeli, untuk selanjutnya dimakan di tempat atau dibawa pulang. Setiap mangga yang akan dimakan atau dibeli, terlebih dulu ditimbang.
Untuk harga 1 kg mangga dengan kualitas super alias Grade A, dijual dengan harga Rp 30.000, sedangkan untuk Grade B seharga Rp 25.000, dan Grade C dengan harga per kilogramnya hanya Rp 15.000-Rp 20.000.
“Kalau beli di kebun, pasti kami korting harganya. Selain itu, akan kami beri bonus buah mangga lagi,” ujar Sutomo kepada Kabarpas.com. Senin, (26/10/2015).
Harga Gadung Klonal 21 sendiri memang sedikit lebih mahal bila dibandingkan dengan mangga jenis lain. Alasannya, karena pemeliharaan Gadung Klonal 21 cukup sulit, khususnya bagaimana bisa memanen mangga di luar musim mangga pada umumnya atau dalam bahasa biologi dikenal dengan istilah obsession.
“Kalau biasanya musim mangga ya sekarang ini, tapi saya bisa memanen mangga pada bulan Juli atau Agustus. Tapi ya gitu, harus telaten dan memperhatikan banyak hal agar mangganya mau berbuah terus,” jelasnya.
Mangga Gadung Klonal 21 sendiri memiliki keunggulan tersendiri dibanding dengan mangga jenis lain, diantaranya yaitu memiliki warna buah agak kelam atau sedikit lebih hitam bila dibanding dengan mangga yang identik dengan warna hijau muda.
Di samping itu, rasa mangga gadung ini lebih punel dan di dalam buah ada warna kemerah-merahan, serta bisa dipisahkan antara daging dan biji, dengan cara dibelah menggunakan pisau.
“Setelah dibelah memutar, buahnya langsung diputar, dan pasti akan terpisah dengan sendirinya, sehingga yang satu bisa dimakan dengan sendok, dan satunya lagi dengan pisau atau langsung dimakan,” pungkasnya. (iim/abu).