Reporter : Revina
Editor : Memey Mega
Malang, Kabarpas.com – Film Yo Wis Ben yang di sutradarai selebgram asli Malang, Bayu Eko Moekito menuai banyak hujatan. Tak tangung- tanggung film yang 80 persen menggunakan bahasa Jawa ini menuai komentar negatif dari para netizen.
Pria dengan nama tenar Bayu Skak tersebut menjelaskan jika dia bangga menjadi orang Jawa dan film ini didedikasikan untuk generasi muda agar tidak lupa dengan budayanya.
“Film ini tak wujudkan dengan semua tenaga supaya kita ingat dengan budaya kita. Jangan sampai kita membahas ras dan suku. Jangan sampai filmku yang berbahasa jawa ini dijadikan pemecah belah. Kita ini Bhineka Tunggal Ika,” katanya dalam video youtube berjudul ‘Aku Wong Jowo’.
Komentar – komentar negatif yang mengungkit terkait suku budaya tersebut ternyata memunculkan solidaritas antar suku bangsa. Bahkan, Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Malang, Hutama Budi Hindrarta menunjukan dukungannya dengan hadir dalam Meet n Great Film ‘Yowes Ben’ yang diadakan beberapa hari lalu.
“Sineas-sineas muda tanah air akan lebih tertantang dengan diluncurkannya film ‘Yowes Ben’ ini. Bukan hanya kreatifitas saja, tapi juga harus mampu menunjukan luasnya khasanah budaya dan identitas bangsa Indonesia yang besar ini. Kalau di Bandung punya Dilan, di Malang punya Bayu Skak. Kita ini satu,” katanya yang hadir bersama beberapa ketua Organisasi Daerah yang ada di Malang.
Sementara itu, Pilep Dowansiba, Ketua Orda Pegunungan Arfak Provinsi Papua Barat juga memberikan statement, “Saya selaku Ketua mengapresiasi film lokal dan juga film lokal apalagi bernuansa budaya harus terus dilestarikan,” jelasnya.
“Kami sangat mengapresiasi kreativitas seniman-seniman khususnya anak muda yang mencoba mengembangkan dan memajukan industri perfilman Indonesia agar memiliki daya saing dipasar Indonesia bahkan dipasar Knternasional semoga kreasinya dapat diterima oleh masyarakat sebagai sebuah motivasi untuk industri film tanah air agar semakin maju khususnya bagi kalangan anak muda,” ungkap Ketua Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma Malang, Gede Aries Yogi Ananta.
Waroka Beami, Ketua umum IPPMA (ikatan Pelajar Pemuda Mahasiswa Aceh) Malang mengatakan jika film ini merupakan karya anak bangsa yang harus disupport.
“Merupakan sebuah karya anak bangsa selaku pemuda yang patut kita apresiasi, jadi jika di sebagian masyarakat beredar isu memecah belah bangsa itu menurut saya hanya ikut-ikutan isu yang beredar tanpa melihat secara menyuluruh isi dari film itu sendiri. Tapi saya yakin jika sudah menontonnya pemikiran seperti itu akan hilang. Toh filmnya ada subtitle, jadi bisa dinikmati oleh semua kalangan,” terangnya.
Meskipun tidak sampai kebagian kursi untuk menonton bersama film ‘Yowes Ben’, tetapi para pemuda dari berbagai suku bangsa ini menunjukan komitmennya dengan bangga dan selalu support terhadap karya anak-anak muda Indonesia tanpa pandang suku, agama dan ras. (rev/mey).