Oleh: Nasuri, S. Sos. I (Ketua ZISWAF Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia, Legoso-Ciputat).
KABARPAS.COM – PERNAHKAH kamu memperhatikan seorang bayi belajar berjalan? Ia terjatuh berkali-kali, terhuyung, menangis, tapi esoknya tetap mencoba lagi. Baginya, jatuh bukan kegagalan—hanya bagian dari perjalanan. Tidak ada rasa malu, tidak ada kata “aku tidak bisa”, hanya semangat polos untuk terus melangkah. Bukankah itu pelajaran besar dari makhluk kecil?
Bayi tidak pernah takut salah. Saat ia belajar berbicara, ia mengoceh tanpa ragu. Terkadang terdengar aneh, tak jarang membuat kita tertawa. Tapi ia tetap mencoba, mengulang, dan menyerap setiap suara yang ia dengar. Ia tidak menunggu sempurna untuk mulai—ia mulai dulu, dan menjadi sempurna sambil berjalan.
Setiap benda adalah dunia baru. Sendok bukan hanya alat makan, bisa jadi mainan, alat pukul, atau bahkan harta karun. Bayi mengajarkan bahwa rasa ingin tahu adalah kunci dari semua penemuan. Ia tak terbatas oleh “aturan”, karena ia percaya semua hal layak dieksplorasi. Kita yang dewasa sering lupa: dunia ini masih luas untuk dijelajahi, jika saja kita berani melihat dengan mata seorang bayi.
Saat bayi belajar berdiri, tidak ada yang memberitahunya: “Kamu terlalu lambat, menyerah saja.” Ia hanya punya satu pilihan—mencoba lagi. Ia mengandalkan dorongan dalam dirinya, bukan tepuk tangan orang lain. Kita pun begitu, seharusnya. Motivasi terbesar adalah keyakinan dalam hati, bukan pujian dari luar.
Jadi saat kamu merasa lelah belajar, merasa gagal, atau takut mencoba hal baru, ingatlah bayi dalam dirimu. Ia tidak menyerah, tidak malu, tidak takut mencoba. Ia terus tumbuh, bukan karena tahu caranya—tapi karena ia percaya ia bisa. Mungkin sekarang waktunya kita belajar dari yang paling jujur dan berani, dia adalah seorang BAYI. (***).