Lumajang, Kabarpas.com – Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Pengurus Wilayah Jawa Timur menyalurkan bantuan kemanusiaan kepada para pengungsi terdampak bencana erupsi Gunung Semeru, Senin (1/12). Bantuan difokuskan pada penyediaan peralatan rumah tangga untuk persiapan para pengungsi menempati Hunian Tetap (Huntap).
Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis di Posko Bantuan SMPN 2 Pronojiwo kepada perwakilan dari 150 Kepala Keluarga (KK). Prosesi ini turut disaksikan oleh relawan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan perwakilan Kecamatan Pronojiwo.
Adapun bantuan yang diberikan berupa satu set peralatan masak, meliputi kompor, panci, wajan, dan perlengkapan dapur lainnya. Bantuan ini dinilai krusial mengingat para pengungsi akan segera dipindahkan dari posko darurat ke lokasi hunian baru, di mana mereka akan mulai kembali beraktivitas secara mandiri.
Ketua APJII Wilayah Jawa Timur, Yosvensa Setiawan, yang hadir langsung di lokasi menegaskan bahwa aksi ini adalah wujud kepedulian kolektif dari para pelaku industri internet.
”Bantuan ini merupakan bentuk solidaritas dari anggota APJII Jawa Timur yang saat ini berjumlah 172 anggota. Kami berharap peralatan ini dapat meringankan beban warga saat memulai hidup baru di hunian tetap nanti,” ujar Yosvensa kepada Kabarpas.com.
Selain menyerahkan bantuan, tim APJII Jatim juga meninjau langsung area terdampak parah di Desa Pronojiwo. Di lokasi tersebut, ratusan keluarga kehilangan tempat tinggal akibat terjangan material vulkanik.
Tak hanya rumah, bencana ini juga meluluhlantakkan sektor ekonomi warga. Terlihat lahan perkebunan cabai dan salak yang seyogianya siap panen pada akhir tahun ini, kini rusak total dan gagal panen.
Di sela-sela penyerahan bantuan, terselip harapan mendalam dari para pengungsi. Meski sangat bersyukur atas bantuan fisik yang diterima, mereka mengaku membutuhkan dukungan jangka panjang berupa pendampingan usaha.
Mayoritas pengungsi yang sebelumnya bekerja sebagai buruh tani kini dihadapkan pada ketidakpastian. Lokasi hunian tetap yang baru diketahui berjarak cukup jauh dari lahan pertanian tempat mereka biasa bekerja, sehingga menyulitkan akses untuk kembali bertani.
“Selain barang, kami sangat berharap ada pendampingan untuk memulai usaha atau pekerjaan baru. Jarak ke lahan tani sangat jauh, kami butuh solusi agar dapur tetap ngebul,” ungkap salah satu perwakilan pengungsi. (***).



















