Pasuruan (Kabarpas.com) – Ratusan warga Desa Sumberanyar, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan, melakukan aksi blokir jalur Pantura Pasuruan-Probolinggo. Aksi warga ini sebagai bentuk protes warga setempat, terkait pemutusan jaringan listrik yang ada di salah satu dusun di desa mereka.
Pantauan Kabarpas.com warga yang emosi dengan pemutusan jaringan listrik di Dusun Gunung Bukor, Desa Sumberanyar. Akhirnya mereka pun melakukan protes dengan menutup jalan raya propinsi ini, dengan batu berukuran besar dan juga tangga bambu.
Para warga yang terdiri dari ibu-ibu, bapak-bapak dan kaum muda tersebut, terlihat berkumpul di tengah jalan. Mereka berdiri sambil berteriak-teriak meminta kepada pihak terkait supaya jaringan listrik yang diputus itu, untuk segera disambung kembali.
“Aksi ini merupakan bentuk protes warga lantaran adanya pemutusan sambungan listrik di Dusun Gunung Bukor. Kami minta pihak terkait untuk dipasangkan kembali sambungan listrik di wilayah kami,” kata Ghozen, salah satu warga yang ikut dalam demo tersebut, saat ditemui Kabarpas.com. Senin, (14/09/2015).
Akibat aksi warga ini, membuat arus lalu lintas di jalur pantura mengalami kemacetan panjang hingga tiga kilometer. Bahkan, dalam aksi ini sempat terjadi bersitegang antara polisi lalu lintas dengan warga. Namun, kondisi ini hanya berlangsung sebentar.
Sementara itu, Kepala Desa (Kades) setempat, Purwo Eko mengatakan, di tahun 2013 silam. Para warganya mendapat program Listrik Masuk Desa (Lindes). Di mana waktu itu ada 23 tiang listrik yang dipasangkan di Dusun Gunung Bukor desa setempat.
“Namun, tak lama kemudian keluarlah surat dari Komando Armada RI Kawasan Timur Pangkalnya Utama TNI AL V nomor B/169-04/18/50/lant v yang melarang otoritas setempat untuk melaksanakan kegiatan di kawasan tersebut. Termasuk memasang aliran listrik untuk warga. Sehingga atas dasar itulah pihak PLN tidak berani melanjutkan program itu,” ucapnya, Senin, (14/09/2015).
Meski demikian, warga setempat terus berupaya agar di desanya tetap mendapat aliran listrik walaupun tidak melalui program lindes. Sehingga pada awal tahun 2015 ini pemerintah desa setempat telah menggelontorkan anggaran sebesar Rp 105 juta untuk membeli kabel listrik secara mandiri. Akan tetapi, upaya mereka itu sia-sia lantaran sebelum pemasangan kabel listrik di desanya tuntas. “Ternyata pihak PLN memutusnya kembali,” pungkasnya. (sam/uje).