Menu

Mode Gelap
Wujudkan Mimpi Pebasket Muda Jatim, MPM Honda Jatim Gelar Honda DBL 2023 East Java Series Dukungan Mas Dion Maju Cabup Pasuruan 2024 Kian Masif

KABAR NUSANTARA · 27 Sep 2025

Model Silvofishery Desa Dabong Dorong Budidaya Udang Ramah Lingkungan dan Ketahanan Pangan


Model Silvofishery Desa Dabong Dorong Budidaya Udang Ramah Lingkungan dan Ketahanan Pangan Perbesar

Kabarpas.com – Kolaborasi FisTx, Carbon Ethics, dan SAMPAN Kalimantan menghadirkan silvofishery modern di Desa Dabong. Menebar 458 ribu benur vaname, program ini menggabungkan budidaya udang berkelanjutan, rehabilitasi mangrove, dan 360° Smart Farming untuk ketahanan pangan, lingkungan, dan kesejahteraan petambak.

FisTx, perusahaan akuakultur berbasis teknologi, terus memperkuat misi menghadirkan budidaya berkelanjutan melalui pendekatan 360° Smart Farming. Pendekatan ini menghubungkan inovasi teknologi dengan praktik ramah lingkungan, menjadikan FisTx sebagai perusahaan akuakultur yang mendukung ketahanan pangan nasional sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Di Dalam kolaborasinya bersama Carbon Ethics dan SAMPAN Kalimantan dalam mendukung penerapan silvofishery di Desa Dabong, sebanyak 458 ribu benur vaname PL-8 ditebar ke tambak masyarakat yang telah direhabilitasi.

Kegiatan tersebut berlangsung pada Selasa, 16 September 2025 di Desa Dabong. Langkah tersebut sebagai langkah nyata mewujudkan budidaya udang berkelanjutan sekaligus menjaga kelestarian mangrove. “FisTx tidak hanya menghadirkan solusi inovasi, tapi juga pendekatan menyeluruh agar petambak dapat beradaptasi dengan tantangan iklim dan pasar. Inilah yang kami sebut 360° Smart Farming, solusi lengkap yang memadukan produktivitas, konservasi, dan keberlanjutan,” jelas Rico Wibisono, CEO FisTx yang turut hadir saat tebar benur berlangsung.

Dalam sesi wawancara lainnya, CEO Carbon Ethics, Bimo Soewadji, menegaskan pentingnya pelaksanaan program ini. “Kami dari Carbon Ethics sangat senang karena berhasil mencapai timeline yang sudah direncanakan, yaitu melakukan penebaran benur udang vaname di tiga tambak program. Dalam 3 sampai 4 bulan ke depan, kita akan melihat hasil dari pelaksanaan program ini,” ujar Bimo. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa Desa Dabong masuk dalam buffer zone Delta Kapuas Project, sehingga jika pelaksanaan program berjalan baik, model ini akan direplikasi ke petambak lain.

“Skemanya adalah bagi hasil, dan yang paling penting, program ini bisa membantu masyarakat dalam hal pendanaan, khususnya modal awal untuk perbaikan tambak serta penyediaan benur. Harapan kami, pelaksanaan program ini sukses sehingga bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat sekitar maupun pemerintah, serta dapat diperluas ke tambak-tambak lainnya,” tambahnya.

Masyarakat petambak pun menyambut baik kolaborasi ini. A. Rahim, salah satu petambak penerima manfaat, mengatakan, “Terima kasih atas kerjasamanya, mudah-mudahan kegiatan ini bisa berkelanjutan. Selama ini kami sudah mengelola tambak lebih dari 20 tahun, tetapi belum pernah mendapatkan hasil yang memuaskan. Kami berharap program ini jangan sampai berhenti di sini saja, tapi bisa terus berjalan. Karena selain membantu kami dalam permodalan dan bibit, program ini juga memberi semangat baru. Kami ingin hasilnya nanti bisa membawa manfaat bukan hanya untuk kami sebagai petambak, tetapi juga untuk desa Dabong secara keseluruhan,” tutur Pak Rahim.

Komentar positif lainnya juga datang dari petambak lainnya mengenai peran FisTx dalam proses pendampingan teknis, “Pendampingan teknis dari tim FisTx sangat membantu kami. Kami jadi lebih percaya diri mengelola tambak secara modern tanpa harus merusak lingkungan.”

Arif Setiawan, Head Of Business Development FisTx menjelaskan, “monitoring dan pendampingan intens yang dilakukan FisTx berlangsung baik secara online dan offline (red : berkunjung ke lokasi). Untuk online, secara rutin seminggu sekali kami mengadakan meeting online untuk membahas kondisi dilapangan dan rencana kedepannya.”

Keberlanjutan Program

FisTx bersama Carbon Ethics serta SAMPAN Kalimantan, menargetkan Desa Dabong sebagai model awal silvofishery modern yang dapat direplikasi ke daerah lain, khususnya di kawasan buffer zone Delta Kapuas. Monitoring rutin akan dilakukan dalam tiga hingga empat bulan ke depan, dengan indikator keberhasilan berupa tingkat kelangsungan hidup benur, kualitas lingkungan tambak, serta peningkatan pendapatan petambak.

Harapan positif juga disampaikan oleh Beni Putra Ramadani, asisten proyek kerja sama Sampan Kalimantan dan Carbon Ethics “Harapannya, program pendampingan yang juga didukung tim ahli dari FisTx ini bisa membantu masyarakat meningkatkan nilai ekonomi, mengoptimalkan potensi lokal, serta mendorong perbaikan lingkungan dan pemberdayaan secara berkelanjutan. Dengan begitu, hasilnya tidak hanya meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga berkontribusi pada penurunan emisi dan penguatan resiliensi masyarakat,”

Press Release ini juga sudah tayang di VRITIMES

Artikel ini telah dibaca 2 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Kenali Fakta dan Mitos Sifat Kucing Oren

28 September 2025 - 16:19

Terus Tumbuh Signifikan, Layanan Limbah B3 KAI Logistik Catat Rekor Kinerja

28 September 2025 - 15:48

STEB Group Gaet AIA Indonesia di Penghargaan NEXT Awards 2025

28 September 2025 - 15:34

Cara Mudah Kenali Perbedaan Kucing Jantan dan Betina

28 September 2025 - 15:02

Jember Raih Penghargaan Nasional karena Tekan Angka Buta Aksara

28 September 2025 - 11:12

Peran Penting TPK, Ning Ghyta: Jadi Pilar Membangun Generasi Emas di Jember

28 September 2025 - 11:05

Trending di KABAR NUSANTARA